Khoirul Fansuri, Eco Headmaster (Elementary) of the Year 2019
Sebelum menjadi kepala sekolah, sosok Khoirul Fansuri dikenal sebagai guru lingkungan dengan spesialisasi pengolahan sampah organik. Dia tergabung dalam kelompok kerja pengomposan.
Berkat kerjasama semua guru dan warga sekolah dalam mengelola lingkungan hidup di sekolah, ia berhasil membawa sekolahnya, yaitu SDN Ujung IX Surabaya, menjadi Sekolah Terbaik I Surabaya Eco School 2016.
Tiga tahun berlalu, Khoirul Fansuri berhasil membawa predikat Sekolah Terbaik I Surabaya Eco School 2019. Namun, bukan lagi menjabat sebagai guru tetapi kepala SDN Sidotopo Wetan II Surabaya.
Surabaya Eco School ini diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama Pemerintah Kota Surabaya. Surabaya Eco School 2019 didukung oleh Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya dan PT Dharma Lautan Utama.

“Semenjak saya diangkat sebagai Kepala SDN Sidotopo Wetan II Surabaya pada Desember 2017, pertama kali yang ada di dalam pikiran saya adalah pengolahan sampahnya,” ujar Khoirul Fansuri.
Berbeda dengan sekolahnya sebelumnya, dimana seluruh warganya sudah mengenal kegiatan lingkungan hidup, sedangkan SDN Sidotopo Wetan II Surabaya terbilang masih awam.
Perihal memulai program lingkungan sebagai kepala sekolah, dia melakukan koordinasi kepada seluruh warga sekolah. ”Saya katakan ketika rapat pertama kali bahwa kita harus berusaha membawa sekolah ini menjadi lebih tertata lingkungan hidupnya,” tuturnya.
Pada tahun pertamanya sebagai kepala SDN Sidotopo Wetan II Surabaya, Khirul Fansuri langsung melakukan gebrakan dengan membentuk tim lingkungan yang terdiri dari berbagai pokja. Di antaranya hidroponik, pengomposan, toga dan daur ulang.

Perjuangan Khoirul Fansuri untuk serius menangani lingkungan berbuah manis. Pada 2018, melalui Lomba Hidroponik SD Surabaya 2018, dia berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Kepala Sekolah Terbaik Lomba Hidroponik SD Surabaya 2018.
Kepala sekolah yang khas menggunakan peci ini juga berhasil membawa SDN Sidotopo Wetan II meraih predikat sekolah terbaik V Surabaya Eco School 2018. Prestasi yang luar biasa untuk sekolah yang pertama kali bergerak pada program peduli lingkungan.
“Tahun pertama mengikuti Surabaya Eco School 2018 saya berkomitmen bahwa kepedulian lingkungan adalah milik semua orang termasuk warga sekitar sekolah,” terang kepala sekolah yang lahir di Jombang, 13 November 1971 ini.
Bagi kepala sekolah yang pernah tugas belajar di Kota Busan, Negara Korea ini, keberhasilan suatu sekolah untuk melaksanakan suatu program adalah sinergi antar elemen warga sekolah.

“Saya sebagai kepala sekolah harus memberi contoh kepada rekan guru serta anak didik kita. Mereka sangat senang ketika kepala sekolah ikut serta kegiatan. Wah, bapakku ikut. Wah, Pak Khoirul ikut. Kurang lebih begitu ekspresi mereka saat saya ikut aksi,” katanya.
“Saya naik atap sekolah bersama beberapa siswa dan guru laki-laki untuk memasang tanaman gantung serta instalasi vertical garden,” tambah Khoirul Fansuri. Sebagai orang dari desa, dia mengaku sudah terbiasa dengan hal demikian.
Baginya, kepala sekolah hanya jabatan. “Kalau aksi lingkungan ya semua jabatannya sama yaitu hamba Allah SWT. Tidak ada beda semua sama,” lanjutnya sambil berkelakar. Kegiatan tersebut menjadi yang sangat dikenangnya pada Surabaya Eco School 2019.
Khoirul Fansuri menjadi individu pertama yang berhasil mendapatkan predikat sekolah terbaik I Surabaya Eco School sebanyak dua kali di dua sekolah berbeda dan dengan status yang berbeda pula.

SDN Sidotopo Wetan II Surabaya mempunyai kiat khusus untuk menerapkan sekolah zero waste. “Kita tidak bisa asal suruh kantin untuk meniadakan kemasan plastik sekali pakai. Harus ada trik, khususnya permainan cara berpikir,” terang Khoirul.
Trik yang dimaksud adalah dengan ilmu hitung-hitungan sederhana mengenai untung rugi ketika berjualan makanan dan minuman dengan kemasan sekali pakai atau tidak dengan konsekuensi mewajibkan siswa membawa tumbler.
”Saya ajak penjual kantin berhitung. Saya siap ganti rugi kalau dengan zero waste untung penjualannya menurun. Mereka juga akan diijinkan mengggunakan kemasan lagi,” kata Khoirul Fansuri.
Contohnya penggunaan sedotan kalau sehari satu stan menghabiskan 2 pack seharga 10 ribu. “Maka setiap hari mereka bisa hemat 10 ribu, mereka hemat 50 ribu seminggu. Nyatanya untung mereka lebih banyak. Program zero waste bertahan pada tahun kedua ini,” ungkap Khoirul Fansuri.

Salah satu faktor yang mengantarkan SDN Sidotopo Wetan II Surabaya meraih predikat Sekolah Terbaik I Surabaya Eco School 2019 adalah pengolahan sampah organik. Bermodal 3 komposter aerob dan takakura, Siwet Dua berhasil mengolah sampah organik sekolah plus hasil grebek pasar.
“Di depan sekolah kami ada penjual pisang kipas yang setiap harinya menghabiskan 2 tundun pisang, dan sampah kulitnya berhasil kita olah. Karena kulit pisang fermentasinya sangat bagus,” terang Khoirul Fansuri.
“Saya juga heran tong komposter itu setiap hari diisi tapi selalu susut setiap harinya, jadi hari ini penuh, dua hari lagi susut. Jadi kami punya kewajiban memenuhi tong komposter itu,” katanya.
“Salah satunya adalah program wajib SDN Sidotopo Wetan II yaitu grebek pasar,” ujar Khoirul Fansuri. Sebagai spesialisasi pengolahan sampah organik, Khoirul sangat serius menggarap pengomposan di sekolahnya.
Khoirul Fansuri berharap bisa mengorbitkan siswanya pada ajang Penganugerahan Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup. Menurutnya, tidak adil ketika sekolah yang baik dalam pengelolaan lingkungan tetapi yang dominan adalah kepala sekolah dan guru.
“Saya berharap bisa mempersiapkan siswa-siswi saya untuk berpartisipasi pada ajang pangeran dan puteri lingkungan hidup. Sudah saatnya anak-anak yang berani tampil di depan umum melalui proyek lingkungan yang mereka buat serius,” tutup Khoirul Fansuri.
Penulis: Fatih Abdul Azis
Penyunting: Mochamad Zamroni