Nency Putri Muldas, Guru Penggerak LH SDN Pegirian II

SDN Pegirian II Surabaya merupakan sekolah yang masih terdengar baru dalam program pengelolaan lingkungan hidup di Kota Surabaya. Tidak terkecuali program yang diselenggarakan Tunas Hijau Indonesia bersama Pemerintah Kota Surabaya. Surabaya Eco School dan Ecopreneur, di antaranya. 

Sebelum pertengahan tahun 2019 nama sekolah yang berada di wilayah Surabaya Utara ini juga sangat jarang terdengar gerakan lingkungan hidupnya. Namun, sejak pertengahan tahun 2019, nama SDN Pegirian II Surabaya mencuat dengan berbagai program lingkungannya. Salah satunya adalah partisipasi aktif mereka pada Surabaya Eco School 2019.

Sebagai sekolah pendatang baru, sangat mustahil jika tanpa seorang penggerak lingkungan yang menginisiasi program lingkungan hidup berkelanjutan. Sosok tersebut ialah Nency Putri Muldas, guru pembina lingkungan di SDN Pegirian II Surabaya. 

Meskipun sudah dinas sejak 2009, ia mengaku baru berkenalan dengan kegiatan lingkungan ketika event Lomba Hidroponik Sekolah Surabaya 2018. “Pertama kali kenal ketika hidroponik, seru juga kegiatan lingkungan. Akhirnya keterusan hingga sekarang Surabaya Eco School 2019 dan Ecopreneur 2020,” ujar Nency Putri Muldas.

Program Satu Siswa Satu Tanaman (Sansivera) di SDN Pegirian II

Menurutnya, untuk menggerakkan program lingkungan berkelanjutan di sekolah adalah hal yang susah setengah mudah. Sebagai sekolah yang heterogen, menurutnya lumrah bila didapati banyak pihak yang acuh tapi juga ada yang mendukung. 

“SDN Pegirian II sebelumnya minim program lingkungan. Awal 2019 bahkan menerima Bendera Hitam. Setelah itu kami aktif mengelola lingkungan hidup,” ujar guru yang tinggal di Driyorejo, Kabupaten Gresik ini. Baginya, predikat sebagai Sekolah Bendera Hitam menunjukkan ketidakpedulian warga sekolah dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam keseharian.

“Perubahan pengelolaan lingkungan hidup di SDN Pegirian II ada pada peran wali kelas masing-masing,” terang Nency Putri Muldas. Dengan jumlah siswa hanya 330 orang dan kondisi sekolah tergolong sempit, maka bisa disimpulkan fasilitas yang ada biasa saja. 

“Dengan komitmen dan kebijakan peduli lingkungan hidup kepala sekolah, saya bersama tim memberikan edukasi dan sosialisasi kepada wali kelas,” jelas Nency. Strategi yang diterapkan Nency pun berhasil, karena hampir seluruh wali kelas berkomitmen untuk menjadikan SDN Pegirian II Surabaya mempunyai program lingkungan berkelanjutan.

Perwakilan SDN Pegirian II pada Family Tree Planting 2020

Program yang pertama digalakkan adalah pengumpulan minyak jelantah. Melalui bantuan wali kelas untuk menjelaskan arti penting serta dampak lingkungan jika membuang jelantah ke selokan. “Tolok ukur saya ya pada jelantah itu. Alhamdulillah kok berhasil dan siswa juga sangat antusias,” kata Nency.

Program lingkungan hidup berlanjut dengan pengumpulan sampah botol, kardus, dan kertas. “Pada awalnya yang bawa hanya 2-5 siswa saja per kelas. Tapi lambat laun jumlah itu bertambah. Bahkan pernah ada satu kelas mereka membawa semua,” ungkap Nency.

Selain program pengumpulan sampah non-organik hal yang menjadi fokus selanjutnya adalah penerapan sekolah zero waste. SDN Pegirian II Surabaya hanya memiliki satu kantin dan satu koperasi siswa. Dengan kondisi demikian menurut Nency, sangat mudah untuk pengkondisiannya.

“Justru yang susah itu penerapan zero waste ke anak-anak serta ke pedagang di luar sekolah. Kalau sekarang sekitar 85% siswa sudah membawa tumbler serta tempat makan sendiri. Semua itu bertahap kok. Asalkan kita sabar,” ujar guru wali kelas 4 ini.

Penanaman empon-empon sebagai upaya untuk meningkatkan imun tubuh mencegah Covid-19

Ciri khas dari SDN Pegirian II Surabaya adalah banyaknya tanaman sansivera. Program satu jiwa satu tanaman dinilai sangat ampuh dalam upaya perbaikan kondisi lingkungan di sekolah. “SDN Pegirian II ini kecil. Mau ditanami pohon besar juga tidak bisa,” jelas Nency Putri Muldas. 

Melalui selebaran, diumumkan adanya program satu jiwa satu tanaman khususnya sansivera. “Sansivera dipilih karena tanaman ini berada di dalam ruangan pun masih bisa hidup. Apalagi karena lahan kami terbatas. Alhamdulilah wali murid mendukung bahkan ada yang sampai menyumbang 3-5 tanaman hanya dari satu siswa,” ujar Nency Putri Muldas.

Kegigihan Nency beserta rekan-rekan guru mampu membuahkan hasil pada program Surabaya Eco School 2019. Sebagai sekolah pendatang baru, SDN Pegirian II Surabaya sudah mampu menjadi juara V bersanding dengan sekolah-sekolah yang sudah berpengalaman dalam pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu, SDN Pegirian II Surabaya juga mendapatkan predikat sebagai Sekolah  Sekolah Dengan Keluarga Zero Waste Terbanyak. 

Program pengumpulan sampah non organik di SDN Pegirian II

Untuk keluarga zero waste SDN Pegirian II menerapkan komunikasi antar unit. “Jadi kami guru mempunyai grup WA sendiri sehingga segala informasi diketahui oleh semua guru. Setelah itu, guru wali kelas meneruskan informasi tersebut di grup kelas masing-masing yang terdapat wali murid,” terang Nency. Cara kerja ini sukses mendapatkan banyak partisipasi keluarga siswa.

Penulis: Fatih Abdul Aziz

Penyunting: Mochamad Zamroni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *