Fahmi Adriansyah, Pangeran “Jelantah” LH 2019 SD

Fahmi Adriansyah, siswa SDN Kaliasin I Surabaya, dikenal sebagai bocah pengepul minyak jelantah di kampung sekitar rumahnya, di daerah Petemon Surabaya ini.

Penyebabnya, Fahmi, sapaan akrab Fahmi Adriansyah, intens melaksanakan proyek lingkungan hidup, yaitu pengumpulan dan pemanfaatan minyak jelantah menjadi berbagai macam produk olahan jelantah.

Pada awal pengumpulan minyak jelantah, yang berhasil di kumpulkan Fahmi tidak banyak. Setelah itu, dia terus menggalakkan pengumpulan minyak jelantah bersama timnya di sekolah. “Di rumah, saya sosialisasi dari rumah ke rumah tetangga untuk melakukan aksi pengumpulan jelantah. Saya dibantu mama, papa dan adik,” ujar Fahmi.

Fahmi dengan beberapa produk olahan jelantah yang menjadi proyek lingkungannya

Setelah minyak jelantah terkumpul, Fahmi bersama orang tuanya membuat berbagai olahan produk yang terbuat dari bahan dasar minyak jelantah. Melalui pertimbangan yang matang dan dengan berbekal tutorial yang dia dapatkan melalui youtube, ia berhasil merumuskan 3 olahan produk. 

“Saya membuat 3 produk olahan minyak jelantah. Antara lain sabun cuci minyak jelantah bernama Ekojel atau ekonomi jelantah, lilin jelantah atau disingkat lijel, dan Jelijel kepanjangan dari jeli lilin jelantah,” ujar siswa yang beralamat di  Petemon III A no. 113 Surabaya ini.

Melalui program pengembangan proyeknya, Fahmi berhasil menyelamatkan 100 liter jelantah yang berpotensi dibuang begitu saja ke selokan.

“Kalau ditotal semua, saya mengumpulkan lebih dari 100 liter jelantah yang saya olah menjadi produk olahan,” kata Fahmi. Selain dari tetangga, jelantah itu didapatkan dari kampung teman mamanya. Kampung tersebut terletak di Permata Piwalan Indah G2 Surabaya

Fahmi didampingi guru pembina lingkungannya dan kedua orang tuanya saat diterima Walikota Surabaya Tri Rismaharini di kediaman

Dia juga mengadopsi beberapa pedagang makanan. “Saya mengadopsi pedagang yang jualannya menghasilkan jelantah dalam jumlah banyak. Beberapa diantaranya adalah penjual kerupuk rambak, pemilik depot belut, dan penjual gorengan. Mereka memberikan sukarela jelantah kepada saya,” terang siswa yang juga aktif dalam lomba olimpiade junior ini.

Fahmi juga mengaku mendapat bantuan jelantah dari sekolahnya, SDN Kaliasin I Surabaya. Ia membentuk tim jelantah khusus untuk membantu proyeknya yang terdiri dari 3 siswa. 

“Alhamdulillah di sekolah juga dibantu dalam pengumpulan minyak jelantah untuk kebutuhan produksi saya. Dengan begitu saya lebih mudah untuk merealisasikan dalam pembuatan produk karena tidak kekurangan bahan baku,” ujar siswa yang bercita-cita menjadi arsitek ini.

Diantara 3 produk olahan jelantah unggulannya Ekojel merupakan produk yang sangat memerlukan perhatian lebih karena proses produksinya yang tidak mudah.

Bahkan Fahmi sendiri sempat mengalami kegagalan dalam proses pembuatannya. “Pas mencampur semua bahannya itu harus cepat dan hati-hati. Kalau kelamaan, sabunnya itu jadinya jelek dan tidak rata,” ujar Fahmi.

Penulis: Fatih Abdul Aziz

Editor: Mochamad Zamroni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *