Achmad Miftakul Akhkam Al-Khadik, Pangeran “Pengomposan” LH 2019

Sampah organik masih menjadi permasalahan utama lingkungan hidup di seluruh dunia. Salah satu sekolah dasar di Kecamatan Sukolilo, SDN Nginden Jangkungan I Surabaya, berusaha untuk mengolah sampah organiknya melalui media pengomposan. 

Salah satu siswa sekolah ini, Achmad Miftakul Akhkam Al-Khadik, atau akrab disapa Mifta, terinspirasi untuk terlibat aktif mengoptimalkan pengolahan sampah organik menjadi kompos di sekolahnya ini. 

Ia ditunjuk sebagai koordinator pengomposan organik. “Saya ditunjuk sebagai ketua pengomposan. Akhirnya saya mengadopsi pengomposan sampah organik menjadi proyek lingkungan saya,” ujar Mifta.

Dia mengaku bahwa awalnya tidak tahu menahu cara mengolah sampah organik. “Ketika itu ada sosialisasi cara mengolah sampah organik oleh guru saya Bu Anik Widarti,” ujar siswa kelas 5 ini. Di sekolahnya, Mifta menggunakan media pengomposan  berupa tong aerob dan dan keranjang takakura.

Mifta tidak bergerak sendiri. Dia dibantu oleh tim kompos. “Mereka yang sering membantu yaitu dari teman kelas saya sendiri ada Fino, Farrel, dan Aldi,” ujar Mifta. Kegiatan pengomposan yang mereka lakukan selalu dilaksanakan sepulang sekolah dengan didampingi oleh guru pembina. 

Mifta didampingi kedua orang tua dan gurunya saat diterima Walikota Surabaya Tri Rismaharini di kediaman

“Kami bagi tugas. Ada yang mengumpulkan daun, mengaduk kompos, hingga menyiram. Semua saling mendukung sehingga dalam melaksanakan proyek saya tidak menemui kendala berarti,” ujar siswa yang hobi bermain game ini. 

Menurutnya, beberapa minggu pertama ketika seleksi Penganugerahan Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2019, ia fokus mengolah sampah organik di sekolah. Namun, setelahnya, ia memulai untuk melakukan pengolahan sampah organik bersama keluarga.

Di rumahnya, pengolahan sampah organik menggunakan media biopori. “Bersama ayah dan adik, saya membuat biopori di samping rumah yang lahannya terbatas,” ujar siswa yang mempunyai cita-cita sebagai polisi ini. 

Lubang resapan biopori yang dibuat oleh Mifta diisi dengan sampah daun dari sekitar rumahnya. “Nggak hanya daun, ketika keluarga masak dan ada sisa potongan sayur, saya masukkan ke dalam biopori,” imbuhnya.

Selama masa seleksi hingga grand final, Mifta telah berhasil panen kompos di sekolah dan  di rumah. “Di sekolah, saya panen dua kali. Di rumah, panen satu kali,” jelas Mifta. Waktu panen di rumah, saya dibantu oleh adik saya. 

Lubang resapan biopori yang dibuat Mifta di rumahnya menghasilkan 5 kg kompos. “Saya juga sosialisasi ke beberapa tetangga untuk membuat lubang resapan biopori,” ujar siswa yang beralamat di Jalan Jangkungan I/20 ini.

Pengembangan proyek bertema pengolahan sampah organik dengan pengomposan tidak mengalami kendala yang berarti. Satu-satunya kendala yang dialami Mifta adalah ketika melakukan sosialisasi. 

“Saya paling malu kalau disuruh berbicara di depan umum. Sehingga seringnya saya gugup. Namun dalam seleksi diwajibkan untuk sosialisasi, saya mulai terbiasa untuk berbicara di depan umum,” kata Mifta.

Pengalaman paling menarik ketika mengikuti seleksi pangeran dan puteri lingkungan adalah ketika melakukan wisata lingkungan saat karantina finalis. Tempat yang paling menarik dan memberikan banyak pelajaran adalah TPA Benowo. 

Ia menceritakan untuk pertama kali dalam hidupnya melihat sampah sebanyak itu di satu tempat. “Saya kira itu bukit, tapi kok putih kecoklatan. Ternyata sampah dari seluruh Kota Surabaya ditumpuk,” ujar Mifta.

Penulis: Fatih Abdul Aziz

Penyunting: Mochamad Zamroni

3 thoughts on “Achmad Miftakul Akhkam Al-Khadik, Pangeran “Pengomposan” LH 2019

  • Mei 16, 2020 pada 07:21
    Permalink

    Nama:Elvina Ailsha Hayyu Veronica
    No.Peserta: 66
    Dari SDN Kaliasin 7

    “Pemanfaatan Sampah Non Organik Menjadi Sesuatu Yang Berguna”

    Selamat ya Mifta telah menjadi finalis pangeran lingkungan hidup 2019. Sukses terus untuk Mifta dan terus untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos.

    Salam Bumi Pasti Lestari
    Salam Zero Waste
    Hijaukan Bumiku

    Balas
  • Mei 16, 2020 pada 10:57
    Permalink

    Nama:Khanza Aurellya Anggraeni.
    Sekolah:SDN Kaliasin VII Surabaya.
    No peserta:72.
    Proyek:Pemanfaatan Sampah Kain Perca Menjadi Barang Berguna.

    Selamat buat Mifta yang telah melakukan inovasi sampah organik menjadi kompos… Terus berkarya Mifta…

    STAY AT HOME

    SALAM BUMI PASTI LESTARI
    ZERO WASTE SELALU
    CINTAI LINGKUNGAN

    Balas
  • Mei 16, 2020 pada 18:57
    Permalink

    Nama:Filzah Putri Naraya
    No.Peserta: 68
    Dari SDN Kaliasin 7

    Judul Proyek Saya
    “Pemanfaatan Barang Bekas Menjadi Aneka Barang Yang Berguna”

    Semangat ya achmad… Proyek mu sangat menginspirasi…

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *