Jonathan Pansamothan Harianjal, Pangeran “Batik Pewarna Alami” LH 2019

UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi kepada Bangsa Indonesia, 2 Oktober 2009. Di Indonesia, beragam motif batik yang indah dengan syarat makna telah dibuat.

Namun, ternyata, di balik keindahan dan kecantikan batik, proses pembuatan batik ternyata menghasilkan dampak negatif berupa limbah yang merusak lingkungan. Limbah tersebut terutama berasal dari proses pewarnaan batik yang masih menggunakan pewarna sintesis naptol, remasol, indigosol, dan sejenisnya. 

Bahan pewarna kimia pada batik tersebut tergolong tidak ramah lingkungan. Apabila limbah-limbah mengalir ke dalam tanah, bahan-bahan tersebut tentu merusak ekosistem tanah. Pasalnya, bakteri tanah tidak mampu mendegradasi bahan-bahan kimia. 

Bahan-bahan yang bersifat karsinogenik pun jika masuk ke dalam tubuh bisa membahayakan kesehatan manusia. Selain berbahaya bagi manusia, bahan pewarna naptol dan indigisol bisa mengakibatkan organisme dalam air akan mati. 

Penyebabnya adalah bahan pewarna tersebut dapat mengubah nilai biochemical oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen demand (COD) dalam air. Kandungan oksigen (O2) yang notabene diperlukan organisme air akan menurun jika limbah pewarna masuk ke air.

Ialah Jonathan Pansamothan Harianja, siswa kelas 8 SMPN 3 Surabaya, yang peduli terhadap maraknya penggunaan pewarna non alami pada proses pembuatan batik. Jojo, panggilan akrab Jonathan Pansamothan Harianja, mengkampanyekan pembuatan batik dengan pewarna alami.

“Proyek saya adalah Barinami. Yaitu batik dari pewarna alami,” kata Jonathan Pansamothan Harianja. Proyek ini membawanya menjadi finalis pangeran lingkungan hidup 2019 SMP yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama Pemerintah Kota Surabaya. 

Jojo didampingi dua orang guru pembinanya saat diterima Walikota Surabaya Tri Rismaharini di kediaman

Program Penganugerahan Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup tahun 2019 ini didukung oleh PT Dharma Lautan Utama -armada pelayaran nasional- dan Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya.

Jojo menjelaskan bahwa ide proyek Barinami ini berawal dari gurunya. “Awalnya ini temuan pertama guru saya, Bu Wiwik. Tetapi masih menggunakan 1 tanaman, yaitu kangkung sebagai media cetaknya,” ujar Jojo.

Dia pun lantas meminta izin guru pembinanya untuk mengembangkan proyek ini. “Puji Tuhan, saya bisa membuat proyek yang diberikan ini menjadi hal yang bisa dipamerkan saat kunjungan tamu ke sekolah saya,” ujar siswa yang mempunyai hobi fotografi ini.

Dalam pengembangan proyeknya, Jojo sudah mensosialisasikan kepada lebih dari 100 orang. Mereka adalah warga SMPN 3 Surabaya, dan tamu yang berkunjung.  “Saya sudah memproduksi 4 barinami berupa 2 kain dan 2 baju,” terang Jojo. 

Berbagai macam corak Barinami yang dia buat. “Corak yang biasanya saya pakai dalam pembuatan Barinami yaitu daun kangkung. Seiring berjalannya waktu, saya tambah variasi corak dengan tanaman lainnya,” tutur Jojo.

Corak tanaman lain yang dimaksud Jojo adalah daun kelor. “Juga corak daun pandan, daun papaya, daun mangga dan daun singkong,” kata anak ke-5 dari 5 bersaudara pasangan Pinondang Harianja dan Ranty Siagian ini.

Jojo menjelaskan bahwa cara membuat Barinami cukup mudah. “Siapkan kain putih yang sudah direndam air tawas selama 1 hari. Lebarkan kain putih di atas permukaan rata, letakan daun-daun sesuai kreativitas hingga membentuk motif yang unik,” jelas Jojo.

Selanjutnya, lapisilah permukaan yang telah diletakan daun dengan plastik. “Setelah itu tumbuk secara perlahan-lahan, sehingga muncul warna hijau pada kain,” tambahnya. Jojo menyarankan menggunakan tumbukan kayu agar lebih rapi hasilnya.

Setelah itu lepaskan plastik, lalu keringkan hingga warna pada kain kering. Kemudian lepaskan daun-daun yang menempel pada kain. “Limbah daunnya saya kumpulkan dan diolah menjadi pupuk dengan media takakura,” pungkas anak yang lahir di Surabaya, 7 April 2006 ini ini.

Penulis: Richi Razak

Penyunting: Mochamad Zamroni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *