Hindajati, Pembina Lingkungan Hidup SMPN 41 Surabaya
SMP Negeri 41 Surabaya memiliki program lingkungan hidup yang konsisten. Sekolah ini mampu meraih juara I Surabaya Eco School 2017. Sekolah yang dikepalai oleh Hanifa ini juga berhasil menobatkan diri sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri pada tahun 2019.
Salah satu faktor keberhasilan sekolah ini adalah mempunyai guru pembina yang menjadi penggerak lingkungan hidup handal. Peran guru pembina lingkungan ini sangat penting bagi keberlanjutan program lingkungan hidup. Hindajati, namanya. Ia koordinator lingkungan hidup SMP Negeri 41.
Hindajati mengawali kesuksesan kinerja lingkungannya sebagai koordinator pokja komposter pada tahun 2015. Saat itu, ia berhasil membina pokja komposter untuk mengolah sampah organik hingga berhasil panen.
Keberhasilan tersebut menjadikan ia mendapat kepercayaan kepala sekolah sehingga ditunjuklah sebagai koordinator lingkungan hidup. “Saya sebagai ketua pokja komposter hingga 2018. Selanjutnya saya didaulat oleh kepala sekolah menjadi koordinator lingkungan hidup hingga saat ini,” ujar Hindajati.
Hindajati mengaku paham bahwa umumnya siswanya berasal dari Surabaya utara dengan lingkungan padat penduduk. “Biasanya para siswa kami sulit diajak mengolah sampah, tapi ketika tahu bahwa sampah organik diolah menjadi kompos yang bisa dijual dan menghasilkan uang, mereka menjadi tertarik,” terang Hindajati.
Terbukti kader komposter SMPN 41 ada yang menjadi kader mandiri. “Kader kami yang mandiri itu mampu memproduksi kompos sendiri dan punya langganan pembeli,” ujar guru yang berdinas di SMPN 40 Sejak 2004 ini.
Menurut Hindajati, The Ant, sebutan untuk tim lingkungan hidup SMPN 41 Surabaya, sudah mempunyai peran masing-masing. Seluruh pokja diberikan pendampingan sehingga semua pokja rutin melaksanakan tugasnya masing-masing.
“Hampir semua diaktifkan tapi yang sering tampil komposter, daur ulang dan keanekaragaman hayati,” ujar Hinda. Alasannya adalah 3 pokja itu adalah unggulan sekolahnya, sehingga selalu diutamakan.
Kaderisasi aktivis lingkungan The Ant SMPN 41 terbilang mempunyai mekanisme yang bagus. Kaderisasinya dilakukan adalah bertingkat. “Jadi kami menerapkan kepedulian siswa secara bertingkat, yang aktif bekerja tanpa disuruh, punya kreatifitas, bekerja tanpa kenal waktu. Sedangkan keanekaragaman hayati berkembang ke ecopreneur menjual budidaya tanaman sekolah,” kata guru berhijab ini.
Tujuan utama kaderisasi adalah menghasilkan penerus generasi bangsa yang peduli akan lingkungan hidup. Sedangkan hasilnya adalah mencetak siswa-siswi yang mempunyai kemandirian dalam mengelola lingkungan.
“Mereka adalah anak-anak usia remaja yang seyogyanya bisa mengelola lingkungan hidup di sekolah secara mandiri. Contoh kalau disampaikan besok ada tamu, atau besok kita berkunjung ke sekolah lain. Mereka diminta bersiap untuk demo, maka mereka selalu siap,” ujar Hindajati.
“Ketika melakukan pembinaan atau pengarahan saya gunakan momen sehabis sholat dhuha untuk sosialisasi kegiatan, baik agenda minggu ke 1, 2, 3 dan 4 nanti tinggal mengingatkan di group LH untuk mengaktifkan kadernya,” ujar guru yang hobi memasak kue ini. Bagi kader yang aktif, maka sering diajak ikut.
Hindajati mengatakan bahwa tidak semua kadernya mampu secara akademis. “Tapi life skill perlu diasah dengan pengalaman dan kerja keras,” imbuh Hindajati. Hal rutin yang ia lakukan di sekolah bersama kader The Ant adalah program pengomposan. Ada 5 jenis pengomposan yang terdapat di SMPN 41 Surabaya yaitu, takakura, bak sampah, tong sampah cair, tong aerob dan biopori.
Grebek sampah rutin dilakukan oleh The Ant. “Hasil grebek pasar, kami masukkan ke dalam takakura, bak sampah, dan tong sampah cair. Sedangkan tong aerob khusus kami peruntukkan untuk sampah organik yang ada di sekolah,” ujar guru yang beralamat di Perum YKP Penjaringansari PS2 Surabaya ini.
Berbagai pengalaman menarik dirasakan oleh Hindajati ketika mendampingi grebek pasar. “Pernah suatu saat anak-anak mengajak saya untuk mendampingi grebek pasar. Karena dadakan saya tidak membawa baju ganti. Alhasil saya ke pasar mengambil sampah organik dengan masih menggunakan batik korpri serasa salah kostum dengan dilihatin pedagang pasar,”ujar Hindajati.
Penulis: Fatih Abdul Aziz
Penyunting: Mochamad Zamroni
Perlu mendapat apresiasi sebagai upaya peletasi lingkungan hidup, hala ini sebagai teladan bagi yang lainnya.
Nama: Adhigana Romzi Prawira
Asal sekolah: SDN Kandangan 2
Proyek: daur ulang handuk bekas menjadi Pot Bunga
No Peserta: 75
Ibu Guru yang hebat, tetap semangat terus Bu menjaga lingkungan🙏
Mahesa Fitrah Ramadhan _091
SDN KALIASIN 1 SURABAYA
Proyek BUDIDAYA BUNGA TELANG
Semangat selalu bu… Demi Bumi kita….