Bersurat ke Jokowi, Suku Baduy Minta Dicoret dari Destinasi Wisata Indonesia

Suku Baduy yang berada di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten meminta kepada Presiden Joko Widodo agar dihapuskan dari daftar destinasi wisata Tanah Air. Bagi mereka, kunjungan para wisatawan ke kawasan adat mereka banyak berdampak negatif.

Heru Nugroho, salah seorang yang diberi mandat oleh Lembaga Adat Suku Baduy, mengatakan bahwa permintaan tersebut diajukan karena arus wisatawan yang tidak terkendali. 

Selain itu pencemaran lingkungan dan pencemaran tatanan Lembaga Adat Suku Baduy sering dirasakan masyarakat adat ini. Pengaruh teknologi kepada generasi muda Suku Baduy juga sering dipandang tidak baik masyarakat adat ini.

Heru mengatakan masalah-masalah tersebut sudah lama terjadi. Namun ide untuk meminta dihapus dari daftar destinasi wisata muncul ketika kunjungan turis ke Kampung Wisata Suku Baduy, di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mereda akibat merebaknya pandemi Covid-19. 

Bukannya bersedih, kondisi sepinya wisatawan malah menyenangkan bagi suku Baduy. “Mereka itu kan merasa enak banget gak ada orang ke sini, meskipun tetap ada orang yang datang. Tapi jadi nyaman buat mereka, sehingga mereka berpikiran sudah wisatawan dihapus saja,” ujar Heru, seperti dikutip dari VOA.

Perwakilan dari Lembaga Adat Suku Baduy memberikan cap jempol untuk surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo (Fajar Yugaswara)

Beberapa contoh perilaku wisatawan yang dianggap sudah mengganggu, imbuh Heru, seperti mengambil foto sembarangan dan mencorat-coret tempat-tempat di kawasan tersebut. 

Suku Baduy pun meminta kepada pemerintah untuk bisa menghapus semua gambar-gambar suku Baduy dari Google, dan juga berharap satelit Google nanti tidak bisa menyorot terutama wilayah Baduy Dalam. Hal ini , kata Heru, karena menurut keyakinan Suku Baduy, mengambil garmbar-gambar di desa Suku Baduy dapat mencemari kesakralan budaya mereka.

“Nah sekarang ini banyak gambar-gambar, bahkan di Baduy dalam yang disakralkan terus beredar di mana-mana. Nah, google dengan Google Map-nya juga bisa lihat dari atas. Ini yang mereka minta tolong ke pemerintah bagaimana caranya menghapus dan bagaimana Google Satellite tidak bisa melihat Baduy dalam,” jelas Heru.

Secara pribadi, Heru melihat bahwa permasalahan ini terjadi karena kurangnya koordinasi antara dinas pariwisata, pemerintah daerah setempat, dan masyarakat Suku Baduy itu sendiri. 

“Pemda kurang konsisten melaksanakan aturan-aturan yang sudah disepakati dengan masyarakat Baduy, dengan lembaga adat. Jadi orang asal masuk, yang akhirnya bawa sampah, merusak lingkungan, kasih pengaruh ke generasi muda Baduy, diajari FB, IG,” imbuhnya.

Surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo ini disertai dengan cap jempol dari beberapa perwakilan dari lembaga adat Suku Baduy, dan telah dikirimkan pada Senin (6/7/2020) dan dikabarkan telah sampai pada Selasa (7/7/2020).

Heru beserta tiga anggota lainnya, yaitu Henri Nurcahyo, Anton Nugroho, dan Fajar Yugaswara dipercaya oleh Lembaga Adat Baduy untuk bisa menyampaikan aspirasi dan mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo, beberapa kementerian dan perangkat daerah wilayah Banten.

Mandat tersebut disampaikan secara lisan oleh orang-orang di lembaga adat Suku Baduy, yaitu Jaro Tangtu Cikeusik, atau Jaro Alim, yang turut disaksikan oleh Puun Cikeusik dan Jaro Saidi. Ia mengaku siap mendampingi perwakilan dari lembaga adat Suku Baduy, apabila memang akan dilakukan diskusi dengan pemerintah nantinya.

Sementara itu Tenaga Ahli Utama Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Donny Gahral mengaku belum membaca surat terbuka itu. Meski begitu, ia mengatakan bahwa siapapun itu, termasuk komunitas boleh berkirim surat kepada Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan aspirasinya.

Terkait dengan permintaan Suku Baduy, Donny berujar bahwa tentu pemerintah akan mempertimbangkan permintaan tersebut. “Saya kira semua komunitas, anak bangsa kan boleh berkirim surat terhadap Presiden untuk meminta apapun. Semua yang disampaikan akan dikaji secara masak-masak, untung ruginya,” ujar Donny kepada VOA.

Pemerintah pun terbuka dengan diskusi untuk dapat mencari sebuah solusi atau jalan keluar dari permasalahan ini. “Semua aspirasi pasti di dengar, siap berdialog, yang penting kan harus ada win-win solution, satu solusi bersama, yang tidak merugikan semua pihak. Saya rasa ini semangatnya semangat diskusi dan dialog,” tambah Donny. (roni)

20 thoughts on “Bersurat ke Jokowi, Suku Baduy Minta Dicoret dari Destinasi Wisata Indonesia

  • Juli 11, 2020 pada 09:06
    Permalink

    Nama=Gregorius Marcelino Krustian
    Sekolah=SDN Kaliasin 1 SBY
    No peserta=243
    Mengapa Baduy minta dihapus Baduy adalah pulau yang lumayan tetapi mengapa harus diasingkan di Indonesia???

    Balas
    • Juli 14, 2020 pada 09:54
      Permalink

      Nama : Muhammad Daffa
      Asal Sekolah : SDN KERTAJAYA IX/215
      No.Peserta : 87
      Proyek : KIND OF BINAHONG

      seharusnya, para wisatawan mengikuti aturan saat berwisata ke suatu destinasti.Karena setiap pariwisata, memiliki aturan untum menjaganya.dan harus ada komunikasi antar pihak yang berhubungan, agar berjalan dengan baik

      Balas
  • Juli 11, 2020 pada 17:58
    Permalink

    Nama : Rafa Erlangga Putra Santoso
    Sekolah : SDN Nginden Jangkungan 1
    No peserta : 123

    bagi wisatawan yang memasuki area Baduy seharusnya mengikuti peraturan dari suku Baduy agar kelestarian alam tetap terjaga salah satunya dengan tidak meninggalkan sampah di area suku Baduy

    Balas
    • Juli 14, 2020 pada 09:26
      Permalink

      Nama: Davin nayaka manzila
      Sekolah: SMPN 2 Surabaya
      Nomer Peserta: 25
      Sungguh miris 😭 bila mendengar berita ini, ini adalah salah satu bukti ketidak sadaran manusia yang tak mampu menyelaraskan diri dengan alam, hingga suku baduy pun geram , semoga ada solusi terbaik dari pemerintah kita , sehingga suku baduy akan tetap menjadi salah satu suku yang masuk dalam urutan destinasi indonesia tercinta yang utuh, sebagai warisan anak cucu kita kelak. Amin🤲🏻

      Balas
      • Juli 14, 2020 pada 21:08
        Permalink

        Nama : Nafisa Kayzura Anwar
        Dari : SDN Manukan Kulon 2/499 Sby
        No peserta : 130
        .
        Kedatangan turis mempengaruhi sosial & ekonomi warga baduy baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada ribuan pelaku usaha masyarakat baduy yg memproduksi aneka kerajinan tangan, tenun, batik dll, jika kawasan baduy ditutup akan berdampak kerugian warga adat, untuk itu perlunya pemda setempat utk menerbitkan kebijakan sekiranya keduanya bisa tetap berjalan dg baik. Semoga.

        Balas
  • Juli 14, 2020 pada 09:30
    Permalink

    Syadza Khalila Tsuraya
    SMPN40
    Nomor peserta : 258

    Pentingnya komunikasi dan ketegasan diantara kedua pihak,dalam hal ini pemda diharap mampu memberikan ketegasan aturan bagi lara wisatawan yg berkunjung ke area wisata baduy ( dan wisata manapun), agar tetap arif berperilaku,menjaga kebersihan, tdk melalukan hal yg merugikan untuk deatinasi wisata itu sendiri.

    ‘Dimana kaki berpijak disitu langit dijunjung’

    Wassalam

    Balas
  • Juli 14, 2020 pada 10:31
    Permalink

    Nama : Estetia Mustika Shani
    Asal Sekolah : SMP Negeri 61 Surabaya
    No Peserta : 382

    Suku Baduy merupakan salah satu bagian Indonesia yang memiliki budaya indah. Suku Baduy tidak seharusnya diasingkan dan tidak dikenal. Sebenarnya alasan utama penduduk meminta agar menghapus Suku Baduy dari media adalah karena pengunjung/wisatawan yang datang tidak memberi perilaku yang benar, dan merugikan daerah maupun masyarakat setempat. Nah dari situ, seharusnya semua wisatawan yang berkunjung bisa berperilaku baik. Karena Suku Baduy bisa menjadi inspirasi untuk daerah lain, sehingga sebaiknya pemerintah bisa menyusun peraturan yang harus terlaksana ketat untuk para wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Dari situ, warga Suku Baduy tidak akan merasa terganggu dan keragaman budaya Suku Baduy tetap bisa tereksplor untuk menjadi inspirasi masyarakat luar terutama masyarakat Indonesia😁👌💚

    Balas
  • Juli 15, 2020 pada 07:11
    Permalink

    Nama : Najwa Almira Salsabila
    No. Peserta : 234
    Sekolah : SDN Rangkah 1 Sby
    Proyek Lingk : Budidaya Tanaman Ginseng Jawa

    Adanya wisatawan asing memang dapat menambah devisa negara, tetapi juga membawa dampak negatif. Dampak negatifnya yaitu alam yang asri dan alami menjadi rusak karena ulah tangan-tangan yang tidak bertanggung jawan. Apalagi bagi Suku Baduy Dalam yang sangat menjunjung tinggi norma adat. Adanya orang asing yang masuk dapat mencemari kesakralan budaya dan berpengaruh negatif bagi generasi muda Baduy. Oleh karena itu pemerintah di mohon memberikan peraturan dan sanksi yang tegas bagi yg melanggar aturan, demi menjaga keaslian budaya Indonesia.
    Semoga ada solusi terbaik antara Suku Baduy dan Pemerintah.

    Salam Bumi 🌍 Pasti Lestari 🌿☘🌲🌳

    Balas
    • Juli 15, 2020 pada 17:03
      Permalink

      Nama: Dimas Dzaky M M
      Asal: SMPN 22 SURABAYA
      No: 29

      Saya setuju kalau suku baduy meminta ke bapak presiden untuk menghapuskan dari daftar tempat wisata di Indonesia, karena saya menilai pemerintah kurang peduli akan dampak negatifnya, seperti generasi muda suku baduy, ekosistem yang tercemar karena wisatawan membuang sampah sembarangan. Saran saya untuk pemerintah mungkin ada larangan larangan tertentu untuk masuk ke wilayah suku suku, tidak hanya baduy, seperti dilarang membawa makanan atau minuman kemasan dalam bentuk apapun, dan mungkin juga bisa dilaramg untuk membawa gawai atau gadget, agar tidak merusaka generasi masa depan suku tersebut

      Balas
  • Juli 15, 2020 pada 21:26
    Permalink

    Nama : Elza Wahyu Ramadhani
    Asal : SMP Negeri 61 Surabaya
    No : 380
    Judul proyek : PAGI DULUR
    Kurang adanya kesadaran dari wisatawan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Semoga pemerintah bisa memberikan peraturan baru dan memperbaiki koordinasinya dengan dinas pariwisata agar kebersihan lingkungan tetap terjaga meskipun banyak wisatawan berdatangan di Suku Baduy

    Balas
  • Juli 20, 2020 pada 19:23
    Permalink

    Nama : Nisrina Bilqis
    Sekolah : SMPN 6 Surabaya
    No. Peserta : 354
    Proyek : ShantiQ (sampah cantiq)

    Hanya satu kata yang terlintas di pikiran saya ketika membaca berita ini. Yaitu kata “MIRIS” Kata ini sangat tepat menggambarkan perasaan saya terhadap apa yang terjadi. Bagaimana tidak, budaya asli Indonesia menjadi rusak hanya karena banyaknya wisatawan yang datang. Seharusnya dengan menjadikannya sebagai objek pariwisata, kebudayaan suku Baduy ini menjadi lebih banyak dikenal masyarakat dan bisa lestari. Namun, yang terjadi malah memberikan dampak negatif. Kita sebagai wisatawan seharusnya terus mengikuti peraturan yang ada dan ikut serta menjaga kelestariannya. Semoga kedepannya hal ini tidak terjadi lagi.

    Balas
  • Agustus 2, 2020 pada 07:58
    Permalink

    Nama: Adhigana Romzi Prawira
    Sekolah: Sdn Kandangan 2
    No peserta: 75

    Seharusnya Parawisatawan mengikuti aturan suku Baduy saat berwisata , suku Baduy sudah menjaga lingkungannya tetapi orang lain merusaknya

    Balas
  • Maret 9, 2021 pada 16:47
    Permalink

    Calista Putri Mardiana
    SMP Negeri 6 Surabaya / 258
    Sangat disayangkan, miris sekali. Padahal suku Baduy sangat terkenal dengan kelestarian alamnya. Seharusnya para pariwisatawan bisa mengikuti dan mematuhi peraturan yang ada di suku tersebut sehingga tidak menyebabkan dampak yang negatif. Semoga saja tidak terulang lagi

    Balas
  • Maret 9, 2021 pada 18:04
    Permalink

    Louis JZ
    Peserta 001
    Merlion School
    Semoga Para wisatawan lebih sadar untuk menjaga kelestarian tempat wisata yang dikunjunginya!

    Balas
  • Maret 10, 2021 pada 08:38
    Permalink

    Nama : Ghatfan Satria Yudiatra
    Sekolah : SMP Negeri 6 Surabaya
    No. Peserta : 103

    Lingkungan harus tetap kita jaga dan suku Badui telah mengajarkan kita tentang hal itu.
    Tetap Sehat dan Tetap Jaga Lingkungan

    Balas
  • Maret 13, 2021 pada 11:06
    Permalink

    bagi wisatawan yang memasuki area Baduy seharusnya mengikuti peraturan dari suku Baduy agar kelestarian alam tetap terjaga salah satunya dengan tidak meninggalkan sampah di area suku Baduy

    Balas
  • Maret 25, 2021 pada 22:06
    Permalink

    Berlin Archelle Rose
    No peserta 180
    Dari sdnkalirungkut1
    Sangat disayangkan kalau wisata suku Baduy akan di akan dihilangkan. Karena tangan jahil yang tidak bertanggung jawab semoga ada jalan yang terbaik buat semua semuanya..

    Balas
  • Maret 30, 2021 pada 08:25
    Permalink

    Tolong jika Berwisata ingat jaga kebersihan jaga lingkungan karena lingkungan akan berdampak negatif kalau masyarakatnya tidak menjaga lingkungan

    I Gusti Agung Laksmi Septanty_160_SMPN 35 Surabaya

    Balas
  • Maret 30, 2021 pada 10:54
    Permalink

    Aquila nuris shifa SMPN 11 nomer peserta 10 budidaya daun mint

    Sedih bangett indonesia itu satu bukan seharusnya terpecah

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *