SDN Warugunung II Manfaatkan Drum Sebagai Media Pengomposan

Sekolah-sekolah di Surabaya berlomba untuk mengolah sampah organik termasuk SDN Warugunung II Surabaya. Pengolahan sampah organik adalah salah satu aksi nyata untuk menyikapi perubahan iklim yang menjadi tema Surabaya Eco School 2020. Mengolah daun menjadi kompos sebagai wujud pengurangan volume sampah yang dihasilkan di sekolah.

Sebagai sekolah yang belum pernah mengolah sampah organik, SDN Warugunung II baru memulai pada pertengahan bulan oktober 2020. Meski menggunakan media seadanya namun semangat sekolah sangat tinggi.

“Kami memanfaatkan drum bekas sebagai media. Namun kami memiliki kendala yaitu sampah yang kami olah susah membusuk,” ujar Siti Fatimah selaku Kepala Sekolah SDN Warugunung  II Surabaya.

Tim Tunas Hijau yang melakukan evaluasi dan pemantauan lapangan Surabaya Eco School 2020 pada senin (26/10) menjelaskan ada beberapa kesalahan pengolahan sehingga sampah tidak kunjung membusuk. Salah satunya adalah tidak menggunakan starter.

“Sampah ini kalau tidak diberikan starter susah jadi, apalagi konsepnya tertutup,” ujar Fatih Abdul Aziz selaku tim Tunas Hijau ketika memberikan penjelasan terkait proses pengomposan.

Fatih mengatakan bahwa selain starter juga diperlukan perawatan lain seperti melakukan penyiraman. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelembapan karena mikroorganisme pengurai sangat menyukai kelembapan. Dampaknya meskipun satu tong penuh tanpa perawatan yang baik dan benar tidak akan menunjukkan proses pembusukan.

Penulis: Fatih Abdul Aziz

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *