Kepala SDN Poter 1 Tanahmerah Suyati, Hindarkan Sekolahnya dari Banjir Rutin dengan Biopori
Suyati, kepala SDN Poter 1 Tanahmerah, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, merasakan dahsyatnya manfaat lubang resapan biopori. Meskipun sudah lebih dari setahun lubang resapan biopori di sekolahnya dan sekitarnya tidak lagi dirawat karena pandemi, namun manfaatnya terus bisa dirasakan hingga kini.
Banjir setinggi lutut orang dewasa yang kerap menghampiri lahan sekolah dan sekitarnya sebelum tahun 2017, sudah tidak lagi dirasakan sejak dibuat lubang resapan biopori. Pepohonan di sekolah yang nampak gersang hingga tahun 2017, berubah menjadi subur dan rimbun.
“Kami membuat lebih dari 750 lubang resapan biopori di sekolah dan sekitarnya pada tahun 2017. Semua lubang resapan memiliki kedalaman minimal 100 cm,” kata Kepala SDN Poter 1 Tanahmerah. Karena luas sekolah yang terbatas, kurang dari 2000 meter persegi, lahan sekitar sekolah pun menjadi target lokasi pembuatan lubang itu.
“Saat itu, pembina pramuka Gugusdepan 0883-0884 pangkalan SDN Poter 1 Tanahmerah yang kami tugasi sebagai koordinator program pembuatan lubang resapan biopori,” ujar Suyati, kepala sekolah kelahiran 4 Januari 1962 ini. Aksi pembuatannya dilakukan setiap hari. Semua warga sekolah terlibat aktif membuatnya.

Karena semangatnya dalam merealisasikan lebih 750 lubang resapan biopori pada tahun 2017 itu, Gugusdepan Pramuka 0883-0884 pangkalan SDN Poter 1 Tanahmerah, Kabupaten Bangkalan mendapatkan penghargaan khusus dari Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur Saifullah Yusuf pada Desember 2017.
Pandemi COVID-19 yang mengharuskan pembelajaran dilakukan secara daring dalam setahun terakhir membuat kewalahan Suyati dalam melakukan perawatan ratusan biopori di sekolahnya. “Alhamdulillah, ratusan lubang resapan biopori masih melaksanakan fungsinya dengan baik,” terang Suyati.
Fungsi lubang resapan biopori, menurut pengamatan Suyati dari penerapannya di sekolah, adalah meresapkan lebih banyak air hujan ke dalam tanah. “Semakin banyak air hujan diresapkan ke dalam tanah, maka pencegahan banjir bisa efektif dilakukan,” terang Suyati.

Suyati menambahkan bahwa sampah organik yang dimasukkan penuh ke dalam lubang resapan biopori termasuk juga banyak fungsinya. “Selain untuk memberi asupan makanan pada cacing dan biota tanah lainnya, sampah organik yang dimasukkan ke dalam tanah juga bisa menyuburkan tanah. Makanya tumbuhan di sekolah menjadi lebih subur sejak tahun 2017,” tambah Suyati.
Suyati menuturkan bahwa dulu sebelum sampah organik khususnya daun diolah ke dalam lubang resapan biopori, sampah organik selalu dibakar di desa itu. “Setelah aksi pembuatan biopori digencarkan, kami malah kekurangan sampah organik,” pungkas Suyati.
Penulis: Mochamad Zamroni