Literasi Kebencanaan (1) Status Gunung Api

Setiap gunung api aktif selalu dipantau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) untuk menilai status bahaya gunung api. Alat pantau gunung api aktif antara lain seismometer untuk memgamati kegempaan, tiltmeter untuk pengukuran perubahan puncak gunung, inframerah untuk pengamatan suhu, alat pantau gas dsb. 

Status bahaya gunung api dibagi menjadi 4 level yaitu :

Aktif Normal  (#Level_I)

Kegiatan gunungapi berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan.

Pada level ini, aktivitas dibolehkan mendekati puncak atau kawah gunung berapi. Kita bisa melihat langsung erupsi G.Bromo di bibir kawah. Para pendaki juga dibolehkan sampai ke puncak G.Semeru dsb.

Waspada (#Level_II)   

Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.

Pada level ini dilarang ada aktivitas masyarakat mendekati kawah atau puncak gunung sampai radius yang sudah ditentukan sesuai batas Kawasan Rawan Bencana III. Ancaman gas beracun, lava, hujan batu pijar, hujan abu sangat deras.  Radius KRB III sudah ditentukan  setiap gunung berbeda beda. Misal G.Bromo sampai seluas lautan pasir, sedangkan G.Kelud KRB III lebih luas lagi (Gambar).

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Kelud, Jawa Timur. Klik untuk gambar lebih besar.

Siaga (#Level_III)   

Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan.

KRB III dan KRB II harus dikosongkan dari kegiatan manusia dikhawatirkan terjena jatuhan batu pijar, hujan batu dan awan panas. Misal Gunung Bromo sampai radius 6 km dari puncak.

Awas (#Level_IV)   

Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama.

Pada level ini, radius yag dikosongkan bisa mencapai 10 km  bahkan penduduk di pinggir sungai yang berhulu di puncak gunung api juga harus mengungsi karena kawasan sekitar sungai ini termasuk KRB I rawan banjir lahar panas maupun banjir lahar dingin.

Perubahan status ke level berikutnya bisa lambat selama berhari hari, bisa sangat cepat hanya beberapa jam saja. Misal G.Kelud tahun 2014, ditetapkan level III (siaga).. 2 jam kemudian menjadi Level IV (Awas). Masyarakat yang bermukim di sekeliling puncak G. Kelud mengungsi berbarengan turun. Alhamdulillah tidak ada korban karena masyarakat lereng Kelud sudah belajar dari kejadian sebelumnya.

Penulis: Amien Widodo

7 thoughts on “Literasi Kebencanaan (1) Status Gunung Api

  • Desember 6, 2023 pada 13:02
    Permalink

    Bismillah semoga kita selalu terlindungi dari segala bencana dan mata bahaya. Amiin. Harus selalu waspada dan berdoa
    Eno wahyu kamagading
    SDN pacarkeling 1/182 surabaya
    Budidaya tanaman kencur

    Balas
    • Desember 6, 2023 pada 13:05
      Permalink

      Aamiin

      Balas
  • Desember 6, 2023 pada 13:13
    Permalink

    Sebagai kawasan yang di kelilingi cicin api,kita harus selalu waspada akan bencana yang datang, kita harus siap sedia apabila ada tanda/gejala yang menunjukan akan datangnya bencana gunung berapi. Kita harus mengikuti instruksi dari pihak berwenang, BMKG dan PVMG

    Bilqis April Wahyudiyah Azzahra
    Putri IV LH 2023

    Balas
    • Desember 6, 2023 pada 13:18
      Permalink

      Benar. Setuju banget

      Balas
  • Desember 8, 2023 pada 20:26
    Permalink

    Mohon maaf izin bertanya Kak..
    1. Apakah erupsi gunung bisa menjadi suatu siklus yang bisa diprediksi datangnya?
    2. Untuk Perubahan level yang bisa melambat dan juga tiba-tiba cepat datangnya, apakah berasal dari pengamatan kegiatan gunung tersebut, ataukah bisa dipelajari dari siklus ataukah tidak bisa ditentukan kapan waktu tepatnya dan datang tiba-tiba seperti mimpi buruk.
    3. Apa yang menyebabkan perubahan level yang sangat drastis dan datang erupsi secara tiba-tiba?
    Misalnya dari pantauan alat, level dua dalam waktu lama, tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda kegiatan vulkanik, ternyata gunung mendadak erupsi, itu bagaimana ya kak mohon penjelasannya…

    Terimakasih Kak, mohon maaf kalau ada salah kata…

    Balas
    • Desember 8, 2023 pada 21:21
      Permalink

      1. Umumnya erupsi setiap gunung punya siklus karena ada pengisian waduk magma yang ada di dalam perut gunung. Bila waduk penuh magma dan gas akan keluar sebagai erupsi.
      2. Alat pantau bisa mengetahui perjalanan magma ke puncak gunung… pada jarak tertentu sekitar 1-2 km status gunung SIAGA. Perubahan level Siaga ke Awas bisa lama dan bisa cepat.
      3. Kandungan gas dalam magma yg mempengaruhi cepat lambatnya perubahan level. Bisa dibayangkan 2 botol isi soda, yg satu dikocok yg satu tidak. Botol yg dikocok akan menyembur lebih tinggi karena kandungam gas tinggi.
      Naaaa… kandungan gas dalam bumi ini tidak bisa diketahui dari luar.
      Salam,
      Amien Widodo

      Balas
      • Desember 8, 2023 pada 21:27
        Permalink

        Terimakasih Pak Amien Widodo penjelasannya…
        Terimakasih Kakak Tunas hijau ID sudah dibantu menyampaikan pertanyaan saya…

        Salam…

        Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *