Mitigasi Bencana Likuifaksi, Webinar Nasional Seri#177 Sabtu (17/2/2024)
Gempa bumi Palu 28 September 2018 magnitud gempa M 7.4 yang memicu tsunami tanpa peringatan dan memicu likuifaksi yang mengubur ribuan rumah. Peristiwa gempa, tsunami dan likuifaksi Palu menimbulkan banyak korban dan kerusakan serta pengungsian.
Catatan PBB setidaknya 4.845 orang meninggal, 172.999 pengungsi, dan 110.214 rumah yang rusak. Kerugian fisik akibat bencana gempa bumi, likuifaksi, dan tsunami tercatat total kerugian akibat bencana multi dimensi ini adalah Rp 18,48 triliun.
Gempa Palu memicu likuifaksi atau banyak yang menyebut ‘tanah bergerak’ sendiri menggulung ribuan rumah yang terkena dampak likuifaksi dengan luas ratusan hektar. Fenomena likuifaksi merupakan fenomena perubahan tanah yang padat berupa endapan sedimen atau tanah sedimen, yang akibat kejadian gempa, dan tanah endapan tersebut seakan berubah karakternya seperti cairan (liquid).
Tanah terdiri dari komponen penyusun butiran dan ruang pori serta air. Likuifaksi bisa terjadi pada tanah yang jenuh air (saturated), seluruh pori antar butir tanah terisi air dan membentuk apa yang seringkali dikenal sebagai tekanan air pori.

Gempa bumi menghasilkan gaya guncangan yang sangat kuat dan tiba-tiba, tekanan air pori tersebut naik seketika, hingga terkadang melebihi kekuatan gesek tanah tersebut. Maka terjadilah likuifaksi dimana material pasir penyusun tanah menjadi seakan melayang di antara air.
Jika permukaan tanah endapan miring maka tanah dapat ‘bergerak’ menuju bagian bawah lereng, seakan dapat ‘berjalan’ dengan sendirinya. Sehingga benda yang berada di atasnya, seperti rumah, tiang listrik, pohon, akan terbawa bahkan tergulung.
Bila kekuatan gesek tanah belum terlampaui, tekanan air pori yang naik cukup kuat, hanya mengakibatkan retakan-retakan di tanah tersebut. Dan dari retakan-retakan itu akan muncul air yang membawa material pasir.

Jika tekanan air dalam pori-pori cukup besar untuk membawa semua tanah, tekanan itu akan berefek membawa partikel-partikel menjauh dan menghasilkan suatu kondisi yang secara praktis seperti pasir hisap (tanah ambles).
Rekayasa keteknikan bisa mengurangi kikuifaksi, yaitu dengan menambah, mengganti tanah untuk membuat material tanah menjadi lebih padat atau keras dengan cara pencampuran dengan semen (soil mixing), injeksi semen (grouting), dengan membuat pondasi dalam sampai tanah keras, dan lain lain.
——
Webinar Nasional Seri#177 akan digelar oleh Tunas Hijau bersama Fakultas Teknik Universitas Hasanudin, Pengurus Daerah Ikatan Ahli Geologi Indonesia Provinsi Jawa Timur, dan Departemen Teknik Kelautan ITS pada Sabtu, 17 Februari 2024 pukul 12.00 – 15.00 WIB melalui Zoom dan Live Youtube Tunas Hijau ID.
Narasumber:
1. Prof. Dr. Eng. Ir. Tri Harianto, ST., MT. (Guru besar bidang Ilmu Mekanika Tanah, Fakultas Teknik Universitas Hasanudin)
2. Ir. Nita Ariyanti, ST., M.Eng. (Sekretaris Pengurus Daerah IAGI Jawa Timur)
3. Dr. Eng. Kriyo Sambodho, ST., M.Eng. (Dosen Departemen Teknik Kelautan ITS)
Moderator:
1. Aisyah Avicena R. L. (Siswi SDN Jemur Wonosari I Surabaya dan Putri Lingkungan Hidup 2023)
2. Taffy Nirarale Kamajaya (Mahasiswi Teknik informatika ITS dan Putri IV Lingkungan Hidup 2012)
3. Iqbal Fajar Khrisna (Siswa SMPN 28 Surabaya dan Pangeran Lingkungan Hidup 2023)
Pendaftaran gratis melalui :
Setiap peserta terdaftar dan mengisi daftar hadir akan mendapatkan sertifikat.
Nama : Stephani Dwi Puspa Anggun Pratiwi
Sekolah : SMPN 3 SURABAYA
No Peserta : 850
Judul Proyek : ASI ULIB IGP ( Fermentasi Sisa Kulit Buah Isok Gawe Opo Ae )
Saya memilih proyek Eco Enzyme, karena 70% sampah yang terbuang di TPA adalah sampah organik dan sisanya (30%) adalah sampah non organik.
Semoga masyarakat semakin banyak yang mengetahui tentang mitigasi bencana likuifaksi, sehingga bisa mengurangi akibat buruk dari bencana tersebut.
Nama : Syamsa Arundina
Sekolah : SDN Gayungan 1/422 Surabaya
Proyek : Budidaya Bawang Dayak
No. Peserta : 064