Para Orang Tua Siswa Dilatih Olah Sampah Organik dengan Maggot BSF
Tunas Hijau bersama Bank Mandiri menyelenggarakan Pelatihan Pengolahan Sampah Organik dengan Maggot BSF (black soldier fly atau serangga lalat hitam) di Qumaggot (Queen Maggot), Tambak Wedi, Surabaya, Sabtu (23/11/2024) pagi. Lokasinya di sekitar pintu Jembatan Suramadu Surabaya.
Lebih dari 55 orang tua siswa mengikuti pelatihan dengan narasumber para pangeran putri lingkungan hidup 2024 yang mengembangkan proyek sejenis. Narasumber pelatihan ini adalah Queen Anneysa Kabeer Lukito (siswa SMPN 1 Surabaya), Gayatri Kayla Frinanda (siswa SDN Rungkut Menanggal I), Nevan Azka Fiardy (siswa SMPN 1), M Haykal Adha (siswa SDN Pacarkeling V), M Zuhud Ardityawan (siswa SDN Jemur Wonosari I) dan Keynara Fanisya (siswa SD Kyai Ibrahim).
Queen mengenalkan dirinya kepada peserta pelatihan bahwa telah memulai pengolahan sampah organik dengan maggot BSF sejak Februari 2024. “Hingga hari ini, saya telah mengolah 43 ton sampah organik,” kata Queen Annneysa. Gayatri Kayla menjelaskan bahwa dirinya telah mengolah 11 ton sampah organik dengan maggot BSF.

Nevan Azka Fiardy menjelaskan bahwa dirinya telah mengolah 6 ton sampah organik dengan maggot BSF. Haykal Adha menjelaskan bahwa dirinya telah mengolah 4 ton sampah organik dengan maggot BSF. Zuhud menjelaskan bahwa dirinya telah mengolah 14 ton sampah organik, 2 ton di antaranya dengan maggot BSF. Sedangkan Keynara Fanisya menjelaskan telah mengolah 2 ton sampah organik.
Setelah sesi penjelasan mengenai maggot BSF, belatung bersih yang rakus terhadap sampah organik, keenam orang pembudidaya maggot BSF itu kemudian mendampingi kelompok masing-masing untuk mengajari langkah demi langkah cara mengolah sampah organik dengan belatung itu.
“Sampah organik bisa terus kita berikan ke maggot setelah sampah organik yang sebelumnya sudah habis dilahap oleh maggot BSF,” terang Gayatri Kayla Frinanda yang didampingi ayahnya. Terdengar dengan kelompok berbeda, Haykal Adha menjelaskan bahwa maggot yang sudah hitam maka siklusnya akan berubah menjadi lalat hitam.

“Biasanya menjelang maggot berubah warna menjadi hitam ini si maggot akan keluar dari gerombolannya untuk kemudian berubah menjadi lalat hitam. Nah, itu bisa sekalian dimasukkan ke dalam kendang lalat. Sebab, setelah itu akan bertelur dan menjadi bayi maggot. Satu siklus maggot berlangsung selama 28 hari,” terang Haykal.
Beragam pertanyaan muncul dari peserta pelatihan. “Kalau sudah dewasa, sebelum berwarna tua, maggot bisa dijual atau dimanfaatkan menjadi apa?” tanya Nora Yustiani, orang tua siswa SDN Kedung Cowek I.
Dijawab oleh Nevan Azka Fiardy bahwa semua bagian dari maggot bisa bermanfaat. “Kotorannya maggot bisa jadi pupuk organik. Maggot juga memiliki kandungan protein yang sangat tinggi dan sangat bagus untuk campuran pakan ternak termasuk juga ikan. Bisa juga dijual maggot dewasanya seperti yang dilakukan oleh Queen,” jawan Nevan Azka Fiardy.
Setiap peserta pelatihan ini selanjutnya mendapatkan kit pengolahan sampah organik dengan maggot BSF. Sedangkan peserta pelatihan iniberasal dari SDN Kedung Cowek I, SMPN 27, SDN Sidotopo Wetan V, SDN Tanah Kalikedinding II, SMPN 43, SMPN 5, SMPN 57, SDN Rungkut Menanggal I, SMPN 8 dan SD Kyai Ibrahim. (*)
Keterangan foto utama: Peserta Pelatihan Pengolahan Sampah Organik dengan Maggot BSF membawa pulang kit pengolahan untuk direalisasikan di rumah dan sekolah
Penulis: Mochamad Zamroni