Serunya Guru, Orang Tua dan Siswa Berlatih Mengolah Jelantah bersama Bank Mandiri
Tunas Hijau bersama Bank Mandiri menyelenggarakan Pelatihan Pengolahan Jelantah di SMPN 43 Surabaya, Kamis (21/11/2024) pagi. 55 orang siswa, guru dan orang tua dari beberapa sekolah mengikuti pelatihan ini. Mereka berasal dari SMPN 43, SMPN 6, SDN Bubutan IV, SDN Tembok Dukuh III dan SDN Bubutan II Surabaya.
Mengawali penjelasannya, Bram Azzaino, Aktivis Senior Tunas Hijau dan narasumber pelatihan, menjelaskan bahwa minyak jelantah adalah minyak goreng bekas yang telah digunakan berulang kali. “Biasanya jelantah mengalami perubahan fisik dan kimia akibat pemanasan bila dibandingkan dengan minyak goreng baru,” kata Bram Azzaino.
Dikatakan oleh Bram bahwa jelantah memiliki ciri-ciri berwarna gelap, berbau tengik dan cenderung berbusa saat digunakan. “Jelantah berbahaya bila digunakan menggoreng makanan lagi. Kandungan berbahaya jelantah di antaranya akrolein, radikal bebas, dan lemak trans,” terang Bram Azzaino.
Dampak buruk jelantah pada kesehatan, di antaranya memicu kanker dan penyakit jantung karena sulit dicerna, gangguan pencernaan akibat senyawa toksik dan meningkatkan stres oksidatif dalam tubuh.

“Jelantah bisa mencemari lingkungan jika dibuang sembarangan ke air dan ke tanah. Hal ini juga bisa menyebabkan polusi jangka panjang karena sulit terurai,” ujar Bram Azzaino. Selain itu, dijelaskan oleh Bram, bahwa jelantah juga bisa berdampak buruk bagi ekosistem karena mengganggu kehidupan organisme air dan menyumbat saluran air dan memicu banjir.
“Pengumpulan jelantah dalam wadah berulang kali pakai harus menjadi pilihan utama di setiap keluarga. Setelah terkumpul cukup banyak, jelantah dari rumah bisa disetorkan atau disumbangkan ke gerakan pengumpulan jelantah di sekolah,” Bram Azzaino menuturkan. Selanjutnya jelantah itu bisa diolah menjadi biodiesel, sabun dan lilin aromaterapi.
Untuk pembuatan sabun padat jelantah, bahan yang dibutuhkan adalah 500 gram jelantah, 171 gram air mineral dan 82 gram NaOH (soda api). Bahan tambahannya adalah pewarna dan aromatik.
“Untuk bahan yang dibutuhkan dalam membuat lilin aromaterapi adalah jelantah, paraffin dan stearic acid. Komposisinya adalah jelantah : parafin : stearic acid adalah 1 : 1 : 0,5. Minyak jelantah : parafin (atau) stearic acid adalah 1 : 1. Bahan tambahannya adalah pewarna dan aromatic,” Bram Azzaino menjelaskan.

Sementara Bram Azzaino memberikan penjelasan langkah demi langkah cara membuatnya kepada seluruh peserta pelatihan, Cecilia Farah Calysta, yang merupakan finalis putri lingkungan hidup 2024 dan siswa SMPN 43 mempraktekkan di depan seluruh peserta.
Cecilia Farah Calysta selama tahun 2024 mengembangkan proyek pengolahan jelantah. Cecilia telah mengolah 2.247 liter jelantah. Jelantah sebanyak itu dikumpulkannya dari penjual makanan gorengan, depot makan, tetangga dan masyarakat luas.
Kepala SMPN 43 Surabaya Sri Sulami, selaku tuan rumah pelatihan ini, berharap kegiatan ini bisa mengedukasi masyarakat mengenai bahaya jelantah. “Masyarakat jangan lagi terus menggunakan jelantah untuk memasak. Jelantah juga jangan dibuang sembarangan karena mencemari,” pungkas Sri Sulami. (*)
Penulis: Mochamad Zamroni