Hari Peduli Sampah Nasional, Sekolah se Kecamatan Tegalsari Diajak Berlatih Olah Sampah Saset

Organisasi lingkungan hidup Tunas Hijau bersama Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama menggelar Workshop Daur Ulang Sampah Saset di Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama, Rabu (19/2/2025). Kegiatan dalam Hari Peduli Sampah Nasional, yang diperingati setiap 21 Februari, itu diikuti oleh 70 siswa dan guru dari sekolah dasar negeri se Kecamatan Tegalsari, Kota Surabaya.

Estetia Mustika Shani, Putri Lingkungan Hidup 2020 dan siswa kelas 12 SMA Wahid Hasyim 5 Surabaya menjadi master trainer workshop ini. Pada Workshop Pengolahan Sampah Saset itu, Estetia dibantu oleh Aretha Humaira Nydia Santosa, finalis putri lingkungan hidup 2024 dari SDN Jemur Wonosari I Surabaya. Aretha sepanjang tahun 2024 ini mengembangkan proyek pengolahan sampah plastik khususnya saset.

Mengawali pelatihan ini, Aktivis Senior Tunas Hijau Bram Azzaino menjelaskan bahwa semakin banyak produk makanan dan minuman yang dikemas dalam saset. “Semakin banyak produk berkemasan saset yang beredar di masyarakat. Kita seringkali tidak bisa menghindari untuk membeli produk itu. Jadinya kita menghasilkan sampah saset,” kata Bram Azzaino dalam pengarahannya.

Zamroni, aktivis senior dan Presiden Tunas Hijau, menjelaskan bahwa saset adalah jenis plastik yang multilayers. “Saset tidak murni plastik. Bahan penyusun kemasan saset meliputi Polietilena (PE), Polipropilena (PP), Poliester (PET), aluminium foil, nilon (PA), dan lapisan perekat atau adhesive,” terang Zamroni.

Beberapa lapisan pembentuk saset itu menyebabkan sampah saset bernilai ekonomis sangat rendah atau bahkan tidak laku dijual meskipun dalam keadaan sudah bersih. “Belum ada industri pengolahan sampah saset. Maka, mendaur ulang menjadi produk cantik yang bermanfaat menjadi alasan penyelenggaraan Workhop Daur Ulang Sampah Plastik Saset ini bersama Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama,” tambah Zamroni.

Estetia Mustika Shani menjelaskan bahwa untuk mendaur ulang sampah saset perlu 5 tahapan. “Kita harus membersihkan atau mencuci bersih terlebih dahulu sampah saset agar sisa produk tidak tersisa di kemasannya. Lalu jemur di bawah sinar matahari sampai kering. Pembersihan ini untuk menghindari munculnya jamur atau semut pada produk anyaman yang akan kita hasilkan,” Estetia menjelaskan.

Langkah kedua, tutur Estetia, adalah memilah sampah sasetnya sesuai dengan jenisnya. “Langkah ketiga pelipatan. Pada proses ini disesuaikan dengan besar/lebar saset lebih dahulu untuk bahan dasar penganyaman,” tutur Estetia Mustika Shani sambil mengangkat beberapa tas dan dompet anyaman berbahan saset karyanya.

Langkah keempat adalah penganyaman. “Penganyaman saset bisa dilakukan setelah semua saset sudah terlipat dan memiliki lebar serta motif yang sama,” jelas Estetia, yang juga pemilik brand O’Saqu atau Olahan Sasetku.

Tahap kelima dalam pengolahan sampah saset yang harus dilakukan adalah finishing. “Pada tahap finishing, kita bisa menambahkan bahan lain seperti kain furing, handle untuk pembuatan tas atau resleting dan bahan lainnya,” terang Estetia Mustika Shani sambil menunjukkan kain furing, handle dan resleting pada produk karyanya.

Pada saat praktik membuat lipatan saset, ruang Jakarta pada hotel yang terletak di Jalan Raya Darmo Surabaya itu dalam sekejap menjadi senyap. Seluruh peserta workshop yang didominasi oleh para siswa dan guru dalam seketika duduk di karpet ruangan dengan melingkar per tim sekolahnya. Mereka nampak aktif menggerakkan jari jemari mereka sambil melipat saset seperti yang dicontohkan oleh Estetia dan Aretha.

Setelah semua saset telah terlipat dan terpilah berdasarkan motifnya, para peserta lantas melanjutkan dengan membuat anyaman seperti yang dicontohkan oleh Estetia dan Aretha. Pada workshop itu, mereka membuat produk yang sama yaitu kotak tisu. Setelah dua jam berselang praktik melipat dan menganyam, satu per satu karya anyaman kotak tisu dari peserta nampak.

Gusnawati, guru SDN Tegalsari I, peserta pelatihan ini menyambut sangat bersemangat mengikuti pelatihan ini. “Penggunaan kemasan saset kini semakin banyak, hal ini berdampak pada semakin banyaknya sampah saset yang dihasilkan,” kata Gusnawati. Ditambahkan oleh Gusnawati, bahwa saset memiliki multi layers yang tidak mudah didaur ulang secara industri. “Workshop Pengolahan Sampah Plastik Saset ini bisa menjadi solusi,” tambah Gusnawati.

Mengakhiri pelatihannya, Estetia Mustika Shani berpesan bahwa langkah utama untuk mengolah sampah saset adalah dengan tidak menghasilkan. “Langkah utama mengolah sampah saset adalah dengan tidak menggunakan produk kemasan saset. Sebab mendaur ulangnya sangat butuh waktu dan energi,” pungkas Estetia.
Haidar Anas, Manager Talent & Culture Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama, menyambut baik pelaksanaan workshop ini. “Fasilitasi yang diberikan oleh Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama adalah bentuk kepedulian kami pada lingkungan hidup,” terang Haidar.

Sementara itu, Satiah, Koordinator Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, yang hadir pada workshop ini juga mengapresiasi kegiatan itu. “Kota Surabaya terus berusaha merealisasikan arahan Menteri Lingkungan Hidup untuk pengolahan sampah tuntas di sumbernya,” ujar Satiah.

Sementara itu, Estetia, master trainer workshop ini, telah mengembangkan proyek pengolahan sampah saset sejak tahun 2020. Ratusan produk dari anyaman sampah saset telah dia hasilkan. Estetia yang pada Hari Sumpah Pemuda 2024 mendapatkan penghargaan “Pelajar Pelopor Lingkungan Hidup” dari Wali Kota Surabaya juga telah mengolah ribuan kilogram sampah saset menjadi beragam produk anyaman yang bernilai ekonomis.

Sedangkan Aretha, juga telah mengolah sekitar 2 ton sampah plastik selama 2024. Di antara produk Aretaha adalah tas, dompet, dan gantungan kunci dari anyaman saset. Aretha, sebelumnya, juga pernah belajar khusus Teknik penganyaman sampah saset kepada Estetia Mustika Shani. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *