Ajak Siswa SMAK Santo Stanislaus Menangkap Air Hujan

Surabaya-Hujan mulai mengguyur Surabaya sejak awal Desember ini. Pada musim hujan seperti ini, genangan seringkali muncul di beberapa kawasan di Surabaya. Penyebab genangan itu beragam. Bisa karena posisi jalan raya yang lebih rendah daripada saluran air, sehingga air tidak bisa langsung mengalir ke saluran terdekat. Bisa saluran air yang banyak dipenuhi sampah non organik. Bisa juga karena semakin sedikitnya daerah resapan air hujan. Menyikapi semakin sedikitnya daerah resapan ini, Tunas Hijau mengajak para siswa dan guru SMAK Santo Stanislaus mengoptimalkan lahan kosong yang tersisa di sekolah sebagai daerah tangkapan air hujan, Rabu (16/12).

Ajakan menangkap air hujan tersebut disampaikan langsung oleh aktivis senior Tunas Hijau Bram Azzaino di hadapan sembilan orang siswa anggota Pecinta Lingkungan Hidup. Dijelaskan Bram bahwa sudah tidak waktunya lagi air hujan dibiarkan mengalir percuma ke selokan. “Setelah air hujan mengalir ke selokan, sudah pasti akan terus mengalir ke sungai dan terus ke laut. Bila hal ini banyak terjadi, semakin tahun, maka kandungan air dalam tanah akan semakin berkurang. Akibatnya, pada musim kemarau, banyak sumur, waduk dan sungai yang volumenya menurun,” kata Bram Azzaino.

Bram menambahkan bahwa mengoptimalkan penyerapan air hujan ke dalam tanah cukup mudah. Caranya, dengan membuat sumur-sumur berdiameter sekitar 15 cm dengan kedalaman sekitar satu meter. “Setelah lubang dibuat, maka sampah organik bisa dimasukkan ke dalam lubang resapan itu. Sedangkan tanah yang kita keluarkan bisa digunakan untuk campuran pembibitan tanaman baru,” kata Bram Azzaino sambil memeragakan cara pembuatan lubang resapan Biopori dengan menggunakan bor mini yang dibawanya.

Dijelaskan Bram bahwa pembuatan lubang resapan Biopori merupakan salah satu alternatif untuk mencegah banjir. Biopori juga bisa sebagai alternatif mengolah sampah organik atau sampah basah. “Dengan membuat Biopori, kita juga bisa menambah zat hara yang dibutuhkan tanaman. Lubang Biopori yang diisi dengan sampah organik bisa menambah kandungan zat hara yang dibutuhkan tanah,” terang Bram Azzaino. Pada kesempatan itu, Bram dan sembilan siswa SMAK Santo Stanislaus berhasil membuat 6 Biopori. Keenam Biopori itu dibuat di taman dan saluran air sekolah. (ron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *