Andajani, Guru Penggiat Lingkungan Hidup SMPN 40 Surabaya

Pengelolaan lingkungan hidup di sekolah secara berkelanjutan terus dilakukan di SMPN 40 Surabaya. Mereka kini sudah bisa merealisasikan kantin sekolah bebas sampah kemasan makanan dan minuman sekali pakai. Produksi kompos bahkan sudah mencapai 1 ton dari sampah organik di sekolah dan sekitarnya.

Ialah Andajani, guru pembina lingkungan hidup SMPN 40 Surabaya, yang seolah tanpa lelah terus berjuang mewujudkan lingkungan hidup berkelanjutan. Bersama Si Cilung Spenforty, sebutan tim lingkungan hidup sekolah yang belokasi di Jalan Bangkingan Surabaya barat ini.

“Menjadi penggiat lingkungan hidup sekolah harus tetap semangat dalam menghadapi berbagai  benturan suara-suara sumbang dari warga sekolah. Saya ibaratkan menjadi kadal yang tuli ketika terperosok dalam sumur untuk berusaha naik sampai kembali ke atas,” kata Andajani yang juga guru Bahasa Indonesia ini.

Masih ada banyak orang bersorak-sorai, mengejek, mencemooh, bahkan melecehkan Andajani dalam upayanya mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan. “Saya anggap ejekan, cemoohan, sorakan mereka seakan tepuk tangan yang gemuruh untuk menyemangati saya agar mampu mencapai hasil yang diraih,” tutur Andajani.

Ibu dari satu orang putri ini bercerita bahwa begitu dirinya menempa hata dan jiwa untuk mempertahankan semangat dan istiqomah mendampingi anak-anak kader lingkungan, selalu ada kemudahan yang Allah SWT berikan.

Andajani mengaku bahwa anugerah Allah SWT sudah banyak diterima dan dirasakannya dengan istiqomah menggiatkan lingkungan hidup. “Diantaranya, anak saya mendapat rezeki beasiswa ke Wuhan-China. Itu juga karena campur tangan Allah. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Itu juga salah satu kunci saya menjaga semangat,” tutur Andajani.

Sementara itu, pada pelaksanaan wirausaha lingkungan hidup Ecopreneur 2017 ada target yang baru ditetapkannya bersama Si Cilung Spenforty. ”Insya Allah budidaya sayuran bayam merah, kacang panjang, tomat dan lombok, karena mendapat bibit dari wali murid yang kebetulan sebagai petani sayuran. Jadi dapat bibit gratis,” lanjut Andajani yang mendapat tugas tambahan sebagai pembina lingkungan hidup sejak 2009. (ron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *