Renovasi Gedung Bukan Hambatan SMPN 9 Giatkan Pengomposan Bersama Eco Mobile PJB
Proses renovasi gedung acap kali menjadi permasalahan baru bagi sekolah-sekolah yang sudah menata sarana lingkungannya dengan strategis. Hal ini berdampak pada beberapa sarana lingkungan yang terkena dampak reruntuhan material bangunan. Fakta tersebut juga terjadi pada SMPN 9 Surabaya, pembangunan gedung kantin yang baru membuat tiga buah tong komposter yang berada di samping kantin terkena tumpukan material hingga akses kader lingkungan untuk mengelola media pengomposan susah untuk memasukkan sampah organiknya, Jumat (11/05).
Praktis pengolahan sampah organik di sekolah menggunakan media keranjang komposter, lubang resapan biopori dan kotak pengomposan komunal di area belakang. Permasalahan tersebut disampaikan kepada Tunas Hijau bersama dengan Eco Mobile PJB atau mobil edukasi lingkungan hidup keliling, Jumat (11/05). Tanpa menganggap pembangunan gedung kantin sebagai bentuk kendala, kader lingkungan hidup yang kerap disebut Dering Sembilan menggelar aksi grebek pasar Kapas Krampung untuk mengumpulkan sampah organik.
Sedikitnya dua karung sampah organik berapa sayuran dari pasar berhasil dibawa pulang ke sekolah untuk diolah ke dalam 6 keranjang komposter. Kondisi keranjang komposter yang sebelumnya kering, pasca diisi sampah organik sisa sayuran pasar berubah lebih lembab dari biasanya. Dikatakan oleh Cynthia Ramadhani, siswa kelas 7, dari dua karung yang didapatkan waktu grebek pasar, hampir semua sayuran bisa dimasukkan ke dalam 6 keranjang. “Karena jenis sayur yang kami dapat adalah seperti kubis, sawi putih dan bayam, sehingga starternya masih kering tidak lembab,” ucapnya.

Sampah sayuran bekas dari pasar yang masih tersisa dengan cekatan langsung dibawa ke beberapa lubang resapan biopori yang baru dibuat sebelum nantinya lapangan akan dicor atau ditinggikan. Penambahan jumlah lubang resapan biopori yang dibuat di pinggir lapangan sekolah jelas mempunyai tujuan. “Kalau lapangannya sudah di cor kak, kami berharap lubang resapan biopori ini bisa meresapkan lebih banyak air dan mencegak banjir. Maka dari itu, sebelum di cor, lubang biopori harus diisi sampah organik hingga penuh, kalau tidak maka bisa banjir,” ujar Siti Rahayu, guru LH.
Pasca mengolah sampah organik dari pasar yang lokasinya tidak jauh dari sekolah, Kader lingkungan mengajak Anggriyan Permana, aktivis Tunas Hijau sekaligus operator Eco Mobile PJB, mengecek kotak pengomposan yang sepertinya sudah siap panen kompos. “Dari 3 kotak kompos yang sebelumya sudah di beri pembatas, kotak yang ujung itu sudah bisa dipanen,” ujar Anggriyan. Jawaban yang langsung dengan sigap membawa kemasan plastik, ayakan dan cetok untuk panen kompos. Aktivis lingkungan ini mengingatkan agar setelah panen, kotak kompos harus diisi lagi.
Diakhir pembinaan, puluhan kader lingkungan yang sebagian besar kelas 7, diberikan kesempatan untuk membaca buku lingkungan di perpustakaan lingkungan yang ada di Eco Mobile PJB. Lady Marcella, siswa kelas 8, mengatakan bahwa tantangan terbesarnya adalah kurangnya minat baca generasi muda, jadi kalau menanggapi informasi biasanya tidak secara utuh. Nah, saya senang dengan koleksi buku yang ada di perpustakaan Eco Mobile PJB ini kak, selain buku-buku yang mudah dicari, ditambah jenis buku yang juga disukai anak-anak,” ujar Lady. (ryn)
Keterangan Foto : Kader lingkungan bersama guru pembina lingkungan SMPN 9 Surabaya memanfaatkan perpustakaan lingkungan Eco Mobile PJB untuk mencari informasi mengenai pengelolaan sampah organik saat kunjungan mobil edukasi lingkungan hidup keliling di sekolahnya, Jumat (11/05)
Sangat bermanfaat bagi murid SMPN 9 untuk mem bacah buku 👍👍👍👍👍
Bandung Ahmad habibbulloh
Calon pangeran lingkungan hidup 2019
Dari SDN kaliasin 7 Surabaya
No: 93
Sukses selalu 😊❤️💪