Dyah Katarina Bambang DH Salut SDK Santa Theresia I Surabaya

Joanni, 10, nampak tergopoh-gopoh membawa keranjang komposter dari ruang serbaguna SDK Santa Theresia I Surabaya. Dia juga meminta teman-temannya sesama kader Adiwiyata untuk mempersiapkan diri dengan proyeknya masing-masing. Maklum Dyah Katarina, istri Walikota Surabaya, yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya, sudah datang di SDK Santa Theresia I  pada Kamis pagi 9 Agustus.

Tidak lama berselang, Dyah Katarina pun menghampiri kader Adiwiyata SDK Santa Theresia I Surabaya. Bergegas pula Joanni menjelaskan pada Dyah Katarina bahwa semua sampah sisa makanan SDK Santa Theresia I diolah dalam kerangkang komposter. ”Semua siswa harus membuang sampah sisa makanannya pada komposter ini. Caranya cukup mudah kok, Bu. Prinsipnya seperti cara kebanyakan kucing mau membuang kotoran. Dibuat lubang dulu pada kompos yang ada di dalam keranjang, lalu sisa makanan dimasukkan dan ditutup kompos lagi,” terang Joanni pada Dyah Katarina.

Dyah pun nampak dengan seksama mendengarkan penjelasan Joanni. Sesekali Dyah mengajukan pertanyaan. ”Apa gunanya sekam yang dibentuk layaknya bantal ini?” tanya Dyah Katarina pada Joanni. Joanni, yang juga Ozone Hero pun menjelaskan bahwa bantal sekam itu berfungsi menyerap bau busuk yang dihasilkan sisa makanan. ”Kecenderungannya, sampah organik atau sampah basah memang menghasilkan bau busuk selain cairan sampah yang biasa disebut lindi. Sementara lindi diserap juga oleh bantalan sekam yang ada di bagian bawah keranjang,” jelas Joanni, yang disambut tepuk tangan segenap orang yang berkerumun di Recycling Center SDK Santa Theresia I Surabaya.

Selesai bercengkerama dengan Joanni dan tim sampah sisa makanan, Dyah pun bergeser beberapa meter menemui tim TOGA yang nampak sibuk menyajikan minuman sinom. ”Sinom ini kami olah sendiri memanfaatkan tanaman TOGA di sekolah. Rasanya enak lho, Bu. Masih hangat lagi, karena baru saja kami masak,” kata Antoni, anggota tim TOGA, sambil mempersilahkan Dyah Katarina meminumnya.

Clara, anggota tim daun, lantas meminta waktu untuk menunjukkan pada Dyah Katarina beberapa gelas plastik bekas yang baru digunakan media pembibitan tanaman lidah mertua. ”Kami baru saja melakukan pembibitan tanaman baru lidah mertua bersama Tunas Hijau. Caranya mudah lho, Bu. Cukup menancapkan pada tanah, daun yang juga berfungsi sebagai batang. Dalam waktu seminggu akar baru akan terbentuk,” kata Clara sambil menunjuk taman di depan sekolah yang sudah banyak tanaman lidah mertua.

Menanggapi upaya aktif para siswa SDK Santa Theresia I Surabaya, dengan pembinaan Klub Tunas Hijau, Dyah menyatakan sangat salut. ”Tidak banyak sekolah yang mengajak siswanya aktif melakukan pelestarian lingkungan hidup secara berkelanjutan. Tidak salah jika kalian layak menjadi Sekolah Adiwiyata 2007 tingkat nasional, bahkan satu-satunya dari Surabaya,” pesan Dyah Katarina sambil berharap banyak sekolah di Surabaya yang meniru langkah SDK Santa Theresia I Surabaya. (*)