Sosialisasikan Perilaku Ramah Lingkungan di PonPes Mambaul Falah
SURABAYA- Perilaku ramah lingkungan menjadi pokok pembahasan pada pembinaan lingkungan hidup Eco Pesantren yang dilaksanakan Tunas Hijau di Pesantren Mambaul Falah Surabaya, Rabu malam (20/3). Tunas Hijau mengajak warga pesantren ini untuk memikirkan perilaku ramah lingkungan yang bisa dilakukan di pesantren.

Dengan menggunakan contoh-contoh perilaku ramah lingkungan, sedikitnya 70 orang santri yang terdiri dari usia SD sampai SMA ini diminta untuk menjelaskan gambar perilaku ramah lingkungan yang dibawanya. Menurut penuturan Sintia Intan Sari, santri kelas 2 SMA, membuang sampah di tempatnya merupakan salah satu perilaku ramah lingkungan yang bisa diterapkan di pesantren.
“Kalau hanya membuang sampah di tempatnya, itu sama halnya dengan kami biasa menjalankan piket kebersihan setiap hari,” ujar Sintia, santri yang juga siswa SMKN 12 ini. Lebih lanjut, Sintia mengajak teman-teman santri yang lain untuk melakukan gerakan penghematan listrik dan air. “Hal ini kami lakukan karena melihat lahan pesantren kami yang tidak luas, jadi kami hanya bisa menghemat pemakaian energi listrik,” imbuhnya.
Tidak hanya melakukan penghematan energi listrik, mereka pun berkeinginan untuk melakukan penghijauan di sekitar pondok pesantren. Lahan yang tidak luas menjadi salah satu faktor yang menciutkan nyali mereka. Anggriyan, aktivis Tunas Hijau, menyarankan kepada mereka untuk melakukan penghijauan menggunakan media yang mudah didapat.
“Kalau mau penghijauan di pesantren, yang bisa dilakukan adalah dengan pembibitan dulu. Kalian bisa melakukannya dengan tanaman pertanian yang bisa dirasakan dampaknya secara langsung atau biasa dikenal urban farming,” ujar Anggriyan. Untuk pembibitan sayuran tersebut harus ekstra disiplin untuk merawat dan menjaganya.
Menindaklanjuti perilaku ramah lingkungan yang sebelumnya dijabarkan oleh santri, Tunas Hijau mengajak mereka untuk memantau penggunaan energi listrik dari sumber listrik yang digunakan di pesantren. Dengan menggunakan Watt Meter, Tunas Hijau menunjukkan bahwa penggunaan energi listrik pada lampu TL lebih boros dibandingkan lampu LED.
“Kalian bisa lihat disini, bahwa lampu LED dengan terang yang maksimal, membutuhkan hanya 3,4 watt,” tutur Anggriyan. Hasil pemantauan energi ini mendapat beragam respon dari santri. “Wah, kalau begitu, perlu ada gerakan penghematan energi listrik dan air di pondok ini ya,” seru Sintia Intan Sari.
Beberapa usulan kegiatan yang bisa dilakukan di pondok pesantren Mambaul Falah, seperti yang disebutkan oleh Dwi Suci Wulandari, siswa kelas 2 SMA, yang mengusulkan untuk melakukan gerakan penghematan energi listrik dan air. “Salah satu caranya adalah dengan membuat slogan atau poster tentang hemat air dan energi. Dan membuat gerakan matikan lampu yang tidak digunakan,” ujar Dwi Suci Wulandari.
Lebih lanjut, piket kebersihan dan pengolahan sampah non organik untuk didaur ulang menjadi usulan kegiatan yang bisa mereka lakukan di lingkungan pondok Mambaul Falah yang terletak di tengah pemukiman ini. (ryan)