Ahmad Effendi, Guru Terbaik Lomba Hidroponik Sekolah 2018
Lebih dari 300 sekolah dasar (SD) negeri dan swasta se Surabaya mengikuti Lomba Hidroponik Sekolah Surabaya yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kota Surabaya bersama Tunas Hijau pada Agustus – Oktober 2018. Semua sekolah itu menerapkan budidaya tanaman sayuran dengan sistem NFT dan wick (sumbu).
Pada lomba itu tidak hanya dipilih tiga sekolah pemenang dan 15 sekolah honorable. Dipilih juga siswa terbaik, guru terbaik dan kepala sekolah terbaik. Ialah Ahmad Effendi, guru koordinator pembina hidroponik SDN Banyu Urip III Surabaya yang terpilih sebagai guru terbaik pada lomba hidroponik sekolah pertama di Surabaya itu.
Bagi Ahmad Effendi, hobi berkebun dan kecintaannya terhadap tanaman membuatnya tertarik menerima tugas sebagai guru koordinator lomba hidroponik tahun 2018 lalu dari SDN Banyu Urip III Surabaya, tempat dia mengajar.

“Saya dilahirkan dari orang tua yang berprofesi sebagai petani. Sejak kecil sudah terbiasa merawat tanaman. Jadi tidak asing lagi dengan tumbuhan. Sewaktu kecil, hari-hari saya lalui dengan membantu orang tua bekerja di sawah, menanam dan memelihara tanaman,” kata guru kelahiran Bojonegoro, 21 Desember 1984 ini. Jenis tanaman yang dimaksud Effendi diantaranya tembakau, padi, tomat, cabai dan terong.
Hidroponik memang sangat baru bagi Effendi. “Hidroponik atau menanam dengan media air itu membutuhkan ketelatenan yang lebih ekstra dari pada menanam dengan media tanah,” kata Ahmad Effendi, yang sehari-harinya mengajar sebagai guru Agama Islam SDN Banyu Urip III.
Setelah mengikuti pelatihan bersama Tunas Hijau, Effendi terus praktek. “Saya tambah belajar dengan mencari ilmu di internet baik blog maupun youtube,” terang Effendi. Hal yang menarik baginya ketika merawat tanaman hidroponik adalah bagaimana memperlakukan benih-benih tanaman yang ditanam itu seperti bayi-bayi yang butuh kasih sayang ekstra.
Dia sepakat bahwa hidroponik adalah cara bercocok tanam yang cocok diterapkan meskipun lahannya sempit. “Hidroponik bisa menjadi sumber pangan dan sumber penghasilan bagi siswa didik kami di masa mendatang. Ini adalah salah satu keterampilan hidup bagi mereka untuk bersaing di kehidupan mendatang,” ujar Effendi.
Beragam inovasi diterapkan Effendi agar program hidroponik di SDN Banyu Urip III berbeda dengan banyak sekolah yang lain. “Kami tidak cuma menanam sayuran tapi juga membawa pesan tentang visi kami Hidroporansi, yaitu hidroponik toleransi. Kami menanam dan mengajari murid kami untuk menanam jiwa toleransi pada diri,” tutur Effendi.
Ada 390 tanaman hidroponik yang dirawat dengan serius di SDN Banyu Urip III. “Ada 100 hidroponik NFT, sedangkan wick atau sumbu di box ada 90 tanaman. Di menara hidroporansi menggunakam sistem wick dengan memanfaatkan botol bekas ada 200,” terang Ahmad Effendi.
SDN Banyu Urip III juga melakukan pembenihan masal untuk tanaman kangkung yang melibatkan sekitar 1000 orang. Mereka terdiri dari guru/karyawan, orang tua siswa, pengawas, komite, tim penggerak PKK kecamatan dan siswa-siswi. (*) Penulis: Mochamad Zamroni
Selamat dan sukses @Ahmad Efendi smg ilmu hidrofoniknya barokah.