Carbon Footprint di SDN Kertajaya Puja Surabaya
Enam puluh siswa SDN Kertajaya Pucang Jajar (Puja) Surabaya mengikuti workshop carbon footprint atau jejak karbon yang digelar Tunas Hijau di SDN Kertajaya Puja , Selasa (28/7). Pada workshop ini, para siswa SDN Kertajaya Puja dibekali pemahaman tentang aktivitas manusia yang menghasilkan karbondioksida. Selain pengenalan aktivitas manusia yang menghasilkan karbon secara global, Tunas Hijau juga mengenal aktivitas manusia yang menghasilkan karbon di lingkungan sekolah, juga menentukan langkah-langkah penyelesaian permasalahan tersebut.
Selain membahas tentang permasalahan jejak karbon, Tunas Hijau juga memberikan pengetahuan seputar pemanasan global. Pengetahuan ini seperti proses terjadinya pemanasan global, penyebab dan akibat yang ditimbulkan oleh pemanasan global. Akibat yang ditimbulkan dari pemanasan global yang paling serius adalah mencairnya es abadi yang ada di kutub utara dan selatan. Dampak dari es yang mencair tersebut adalah permukaan air laut meningkat sehingga mengakibatkan tenggelamnya pulau-pulau kecil di seluruh dunia, menghilangnya sumber air bersih karena tercemar oleh air asin dari lautan dan sebagainya.
Tunas Hijau juga mengajak peserta kegiatan tersebut untuk melakukan upaya-upaya menghambat lajunya pemanasan global yang mudah dilakukan. Diantaranya mematikan energi listrik jika tidak digunakan, bersepeda atau jalan kaki jika bepergian jarak dekat, mengolah sampah basah menjadi kompos dan menanam pohon minimal 12 batang ataupun kalau tidak ada lahan bisa ditanam dengan menggunakan media pot.
Pada sesi akhir workshop tersebut, setiap peserta diwajibkan menuliskan karangan yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan yakni Andai Sungai Dan Sumur Mengering, Bumi Semakin Panas, Banyak Orang Membakar Sampah, Naiknya Permukaan Air Laut dan Polusi Udara Semakin Tinggi. Berbagai hasil tulisan diselesaikan oleh peserta kegiatan, seperti yang ditulis oleh Chrisatyo Arian kelas VI C, menurut Satyo, kondisi bumi saat ini diibaratkan “Nasi Sudah Menjadi Bubur”. “Tapi masih ada yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak buruk seperti hemat listrik dan tanam pohon,” tandasnya. (adetya)