Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional: Saatnya Kita Semua Siap dan Tanggap

Setiap 26 April, Indonesia memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional. Peringatan ini bukan hanya seremoni tahunan, melainkan momentum penting untuk mengingatkan kita semua — individu, keluarga, komunitas, hingga pemangku kepentingan — bahwa kesiapsiagaan bencana adalah tanggung jawab bersama.

Sebagai negara yang berada di kawasan cincin api Pasifik, dengan potensi gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, hingga tanah longsor, penting bagi setiap lapisan masyarakat untuk memiliki kesadaran dan kesiapan yang tinggi terhadap risiko bencana.

Kesiapsiagaan bencana dimulai dari individu. Setiap orang perlu memahami jenis-jenis bencana yang mungkin terjadi di lingkungannya dan tahu langkah-langkah penyelamatan dasar. Pendidikan tentang kebencanaan tidak boleh hanya berhenti di pelatihan formal, tetapi harus menjadi bagian dari keseharian. Misalnya, mengenali jalur evakuasi di tempat tinggal, sekolah, atau kantor, serta mempersiapkan tas siaga berisi kebutuhan darurat seperti air, makanan, obat-obatan, dan dokumen penting.

Keluarga juga memainkan peran vital dalam membangun budaya kesiapsiagaan. Setiap keluarga sebaiknya memiliki rencana darurat yang disepakati bersama, mulai dari titik kumpul aman, prosedur evakuasi, hingga pembagian tugas saat terjadi bencana. Anak-anak harus diajarkan sejak dini tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi darurat, dengan simulasi yang rutin dilakukan agar mereka merasa siap, bukan panik, saat bencana benar-benar terjadi.

Lebih luas lagi, pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, sekolah, perusahaan, organisasi sosial, hingga media massa harus mengambil bagian aktif dalam membangun masyarakat yang well-educated tentang kesiapsiagaan bencana. Ini mencakup penyusunan kebijakan, penyelenggaraan pelatihan, penyediaan infrastruktur evakuasi, hingga penyebaran informasi yang akurat dan mudah dipahami oleh semua kalangan.

Pendidikan kebencanaan yang baik harus berbasis pada pendekatan inklusif dan berkelanjutan. Semua kelompok rentan — anak-anak, lansia, penyandang disabilitas — perlu mendapatkan materi dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, materi edukasi harus terus diperbarui mengikuti perkembangan teknologi dan dinamika risiko bencana yang ada, sehingga kesiapsiagaan kita tidak ketinggalan zaman.

Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional juga menjadi momen untuk menggalakkan simulasi nasional secara serentak. Simulasi ini penting untuk melatih refleks masyarakat dalam situasi darurat dan mengevaluasi sejauh mana efektivitas rencana yang telah disusun. Tanpa latihan rutin, rencana terbaik sekalipun bisa gagal karena ketidaksiapan dalam penerapannya.

Pada akhirnya, membangun bangsa yang tangguh terhadap bencana tidak cukup hanya dengan kampanye sesaat. Diperlukan komitmen jangka panjang dari semua pihak untuk memastikan bahwa kesadaran dan kesiapan menjadi budaya. Dengan individu yang teredukasi, keluarga yang terlatih, dan pemangku kepentingan yang bertanggung jawab, kita dapat mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian materi saat bencana melanda.

Momen Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional ini mari kita maknai sebagai ajakan untuk beraksi, bukan sekadar memperingati. Setiap langkah kecil — dari membaca panduan evakuasi, berdiskusi tentang rencana keluarga, hingga mengikuti pelatihan kebencanaan — akan menjadi bagian dari kekuatan besar untuk melindungi diri kita, keluarga, komunitas, dan negara.

Data Bencana Alam Indonesia Tahun 2024

Sepanjang tahun 2024, Indonesia mengalami 2.093 kejadian bencana alam, dengan dominasi bencana hidrometeorologi seperti banjir, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), tanah longsor, dan kekeringan. Banjir menjadi bencana yang paling sering terjadi dengan 1.077 kejadian, diikuti oleh cuaca ekstrem sebanyak 452 kejadian, karhutla 337 kejadian, tanah longsor 135 kejadian, dan kekeringan 54 kejadian. Selain itu, tercatat 19 gempa bumi, 5 erupsi gunung api, dan 14 kejadian gelombang pasang serta abrasi. ​

Bencana-bencana tersebut mengakibatkan dampak sosial yang signifikan, dengan lebih dari 6,3 juta orang terdampak dan harus mengungsi. Sebanyak 489 orang meninggal dunia, 58 orang hilang, dan 11.537 orang mengalami luka-luka atau sakit. Dari sisi kerusakan fisik, tercatat 60.291 rumah mengalami kerusakan, terdiri dari 9.864 rumah rusak berat, 12.267 rusak sedang, dan 38.160 rusak ringan. Selain itu, 953 fasilitas umum juga terdampak, termasuk 519 unit fasilitas pendidikan, 188 rumah ibadah, dan 46 fasilitas pelayanan kesehatan. ​

Provinsi dengan jumlah kejadian bencana tertinggi adalah Jawa Timur dengan 297 kejadian, diikuti oleh Jawa Barat (254 kejadian), Jawa Tengah (211 kejadian), Sumatera Utara (162 kejadian), dan Sulawesi Selatan (122 kejadian). BNPB bersama kementerian dan lembaga terkait melakukan langkah terintegrasi dari hulu ke hilir secara komprehensif untuk mendampingi pemerintah daerah dalam menangani dampak bencana. Upaya ini mencakup pembangunan sistem peringatan dini, penyediaan bantuan logistik, serta rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. (Mochamad Zamroni)

1 thoughts on “Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional: Saatnya Kita Semua Siap dan Tanggap

  • Mei 15, 2025 pada 12:48
    Permalink

    ✨️Setuju, kita harus selalu siap siaga dalam menghadapi bencana yang bisa datang kapan saja.
    🌱Fathan Alby A – SDN Banyu Urip 3 Surabaya – No.5 – Saat ini proyek yg sy kembangkan yaitu pengolahan minyak jelantah menjadi sabun mandi anti nyamuk, tentunya ramah lingkungan, bernilai ekonomis, & dpt mengurangi limbah rumah tangga.

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *