Panen Sawi Bersama Siswa TK Permata Bangsa Semolowaru

SURABAYA – Penantian dengan sabar dan telaten telah dilakukan oleh siswa TK Permata Bangsa Semolowaru. Setelah kegiatan menanam sayur sawi 4 pekan lalu dan merawatnya secara berkala, mereka memanennya bersama pagi ini, Kamis (5/12), di kebun organik yang dikelola Tunas Hijau di fasilitas umum Perumahan Semolowaru Indah I Blok T-10.
“Aku suka sayur sawi. Aku ikut menanamnya sama teman-teman. Setiap hari Kamis dan Jum’at, aku dan teman-teman siram-siram sawi. Senang, bahagia, Kak. Aku mau menanam lagi yang banyak sawinya biar bisa banyak juga sawi yang bisa dipanen,” kata Natasya Berliana Prameswari, siswa kelas B.

Pengalaman Natasya dan teman-temannya saat menanam, merawat dan menyiram tanaman sayur sawi menjadikan pelajaran yang berharga. Terlihat saat memanen pun, mereka sangat hati-hati. Keceriaan terlihat saat siswa-siswi ini memanen bersama-sama. Berebut sawi yang hendak dipanen, justru menciptakan tawa tersendiri bagi orang dewasa yang melihatnya. Senyum pun namak terus mengembang di wajah generasi muda ini.
Banyak nilai pelajaran yang didapat anak-anak dari awal menanam hingga hari ini mereka memanen sayur sawinya. “Pelajaran yang tidak hanya cukup diberikan dengan keterangan selama di kelas,” ungkap Firda, guru kelas A TK Permata Bangsa. Menurutnya, anak-anak itu senang sekali kalau diajak untuk menyiram dan membersihkan sawi yang mereka tanam dari rumput liar.

“Kadang, justru anak-anak sendiri yang mengingatkan guru mereka untuk segera menyiram tanamannya. Berarti anak-anak sangat peduli dengan tanamannya. Mereka ingat kewajibannya untuk merawatnya,” lanjut Firda. Pelajaran mengenai kewajiban pun dapat disampaikan tanpa harus membebani siswa. Pemahaman kewajiban diberikan melalui kegiatan lingkungan yang menyenangkan bagi siswa.
Setelah panen bersama, selanjutnya sawi dimasak oleh bunda-bunda komite sekolah. Sambil menunggu masakan, siswa diajak untuk bercerita pengalaman mereka saat merawat dan memanen sawi. Pengalaman yang seru kembali diceritakan oleh Tasya, sapaan sehari-hari Natasya.
“Tadi itu aku memetik banyak. Aku pilih yang besar-besar. Soalnya aku rajin menyiram. Nanti aku makan sayuran yang banyak biar sehat. Kalau kita cinta tanaman nanti kita dicintai tanaman. Aku cinta sayuran yang aku rawat. Sayurnya cinta aku jadi mereka besar-besar,” cerita Tasya disetujui oleh teman-temannya.

Kegiatan cinta lingkungan yang dilakukan di sekolah ternyata membawa dampak baik bagi siswa di rumah. Setiap kegiatan lingkungan yang dilakukan di sekolah, terbawa hingga di rumah. “Selesai menanam di sekolah, anak-anak diminta untuk rajin merawat dan menyiram. Di rumah, anak-anak mulai senang menyiram bunga, tidak menendang-nendang bunga lagi,” terang Fitri, orang tua dari Marwah.
Cerita lain juga disampaikan oleh Qoiriyah, orang tua dari Satriya. “Satriya selalu cerita dengan penuh semangat setiap pulang sekolah jika selesai menyiram tanaman. Setiap jumlah daun bertambah selalu diceritakan dengan gembira,” kata Qoiriyah. Bagi para orang tua siswa ini, kepedulian terhadap lingkungan memang harus ditanamkan sejak dini. Kelangsungan bumi ada di tangan generasi saat ini. Untuk itu sangat diperlukan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan. (sari/ro)