SMA Negeri 1 Kraksaan Dengan Luas Hutan Sekolah Lebih Satu Hektar

Di SMA Negeri 1 Kraksaan Kabupaten Probolinggo, sampah organik yang dihasilkan di sekolah diolah menjadi pupuk kompos. Pengolahannya menggunakan komposter berbentuk bak plastik yang telah dimodifikasi. Modifikasinya dengan menambahkan pipa dengan banyak lubang udara. Tujuannya, menghalangi lalat dan hewan-hewan lainnya masuk ke dalam komposter itu. Sebelumnya, sampah organik yang akan diolah dicampur dengan menggunakan kotoran hewan ternak untuk mempercepat pembusukan.

Sebelum diolah di komposter, sampah organik yang berukuran cukup besar seperti dedaunan dan buah dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil. Tujuan pencacahan ini untuk mempercepat pembusukan. Dulunya, pencacahan dilakukan secara manual oleh siswa dengan menggunakan pisau. Namun, sudah hampir setahun ini pencacahan dilakukan dengan menggunakan mesin pencacah sampah bertenaga diesel. Mesin ini didatangkan setelah diamati bahwa selalu terjadi penumpukan sampah organik dengan menggunakan pencacahan manual. Ini mengingat luas sekolah yang lebih dari 2 hektar dengan banyak pepohonan pelindung dan tanaman hias.

SMA Negeri 1 Kraksaan memiliki lahan kosong yang luas di samping sekolah. Luasnya mencapai 1,5 hektar yang masih berupa lahan bekas sawah. Tanah ini baru dibeli sekolah dengan tukar guling setahun terakhir. Rencananya, lahan kosong itu akan dijadikan hutan sekolah dengan aneka jenis pepohonan pelindung. Sementara, saat ini lahan yang sudah ditanami baru sekitar 2100 meter persegi. Jenis bibit pohon yang sudah ditanam juga cukup bervariasi. Ada mahoni, sengon laut, matoa atau rambutan Papua, jati dan beberapa jenis lainnya.

Di sekolah ini, para siswa melakukan pembibitan tanaman berkhasiat obat. Ada tanaman rosella, kencur, kunir, lidah buaya dan beberapa jenis lainnya. Tanaman obat tersebut tidak hanya ditanam dalam jumlah banyak, tapi juga dimanfaatkan oleh para siswa. Tanaman rosella misalnya, dimanfaatkan untuk minuman. Juga kencur untuk minuman beras kencur. Semua minuman dari tanaman obat tersebut dijual di kalangan intern sekolah. Setidaknya, lemari pendingin yang ada di koperasi tidak pernah kosong dengan minuman-minuman tersebut. Harganya juga sesuai dengan kantong siswa. Minuman rosella dalam botol 600 ml misalnya, dijual dengan harga Rp. 2.500,-.

SMA Negeri 1 Kraksaan saat ini berbeda dengan kondisi dua tahun sebelumnya saat masih belum ada pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Setidaknya penggunaan tisu dan plastik untuk kemasan barang atau makanan dan minuman sudah sangat berkurang. Meskipun penggunaan sedotan plastik masih cukup mudah dijumpai. Di sekolah ini juga ada budaya TSP untuk sampah. Yaitu (T)ahan bila ingin membuang sampah sembarangan. (S)impan di kantong bila ingin membuang sampah tapi belum ada tempat sampah. Dan (P)ungut bila ada sampah tidak pada tempatnya.

Kondisi sekolah yang berada diantara Gunung Argopuro dan pantai Kalibuntu Probolinggo ini semakin nyaman dengan banyaknya taman. Taman yang ada tidak hanya berlabel taman sekolah, namun sudah berlabel kelas masing-masing. Taman-taman kelas itu ditanam dan dipelihara oleh siswa masing-masing kelas. Bahkan ada kelas yang harus membuat taman dengan tanaman pot yang ditempatkan pada rak dari bambu. Ini dilakukan karena tidak semua kelas sekitarnya adalah tanah kosong.

Sekolah ini memiliki banyak media mading (majalah dinding). Jumlahnya bahkan lebih dari 20 media. Namun, pemanfaatan media mading itu masih belum banyak digunakan untuk penyebaran informasi lingkungan hidup bagi warga sekolah. Media masing yang ada masih lebih dominan sebagai media penyampaian aktivitas yang dilakukan lembaga di luar sekolah.

Kolam berukuran sekitar 3 x 10 meter untuk pembibitan ikan ada di sekolah ini. Ikan yang dikembangbiakkan di kolam ini bahkan lebih dari 2000 ekor. Jenis ikannya pun dipilih yang cepat berkembang biak seperti ikan lele dan nila. Namun, air yang digunakan di kolam ini masih belum memanfaatkan air pengolahan limbah sekolah. (roni)