Workshop Tragedi Minamata Dan Deterjen Ramah Lingkungan Hidup

Malang- Fenomena penyakit Minamata yang melanda Jepang pada awal tahun 1950, ketika itu Jepang mencoba menjadi salah satu raksasa dunia sebagai negara pengekspor barang-barang elektronik, menjadi topik pembahasan workshop lingkungan hidup yang diberikan oleh Yusuke Koizumi, mahasiswa simpatisan Tunas Hijau dari Jepang. Workshop Yusuke itu diberikan kepada 29 finalis pangeran dan puteri lingkungan hidup Malang raya 2009, Sabtu (12/12), hari kedua karantina finalis, di Coban Rondo, Kota Batu.

Yusuke menceritakan bahwa di dekat kampung halamannya, terdapat sebuah pabrik yang membuang bahan kimia yang mengandung merkuri  ke sungai. Akhirnya bahan kimia tersebut mengalir sampai ke laut, karena sungai yang sudah tercemar tersebut bermuara ke laut. Di laut, bahan-bahan kimia yang berasal dari pabrik tersebut mempengaruhi dan meracuni plankton-plankton yang ada di laut. Akhirnya, plankton-plankton tersebut dimakan oleh ikan-ikan kecil dan ikan-ikan kecil dimakan oleh ikan sedang. Ikan sedang dimakan oleh ikan yang lebih besar dan akhirnya ikan-ikan tersebut ditangkap oleh manusia dan dikonsumsi. Sehingga mengakibatkan penyakit Minamata.

Dinamakan Minamata, karena penyakit tersebut terjadi di Teluk Minamata. Akibat dari penyakit Minamata tersebut adalah lahir cacat dan hilangnya sensor keseimbangan tubuh manusia. Hal ini disebabkan karena mercuri memperlambat proses pembelahan sel. Bayi-bayi di dalam kandungan ibunya yang sudah terkena mercuri biasanya lahir cacat. Tetapi akhirnya pemerintah setempat sudah menegur pabrik-pabrik tersebut dan pabrik tersebut sudah tidak membuang mercuri ke sungai tersebut. Tetapi dampak dari mercuri itu masih terasa hingga sekarang, meskipun pembuangan mercuri ke sungai sudah tidak dilakukan lagi. Penggunaan mercuri sudah tidak lagi diperbolehkan.

Menurut Yusuke, bahan kimia yang dibuang di laut tidak saja berasal dari pabrik-pabrik, melainkan juga berasal dari rumah tangga seperti sabun bekas cucian baju, sabun bekas cuci piring, sabun bekas mandi dan lain-lain. Hal inilah yang menyebabkan pencemaran laut begitu sulit dihentikan mengingat semua aliran sungai dan selokan bermuara di laut. Yusuke juga berbagi tentang informasi terkait detergent yang ramah lingkungan yang ada di Jepang. Detergent tersebut bernama EHIME AI-2.

Dikatakan ramah lingkungan karena bahan dasar pembuatannya sedikit menggunakan bahan kimia, diantaranya adalah yoghurt, gula, ragi, air dan bisa menggunakan tahu. Cara membuatnya, semua bahan diblender sampai tercampur kemudian dimasukkan ke dalam ke botol, lalu diamkan selama 1 minggu. Ciri-ciri dari EHIME AI-2 yang sudah jadi adalah baunya seperti roti, warnanya putih, dan tidak ada anak serangganya. (zulfikar/det)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *