Asap di Udara, Risiko di Paru: Dampak Kesehatan dari Polusi Udara (2)

Polusi udara semakin menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia, terutama di kawasan perkotaan dan daerah rawan kebakaran hutan. Udara yang tercemar oleh partikel halus (PM2.5), ozon di permukaan tanah, karbon monoksida, dan senyawa kimia berbahaya lainnya dapat langsung masuk ke dalam sistem pernapasan saat kita bernapas. Sayangnya, dampak dari paparan ini tidak langsung terlihat, namun perlahan merusak kesehatan tubuh.

Salah satu dampak paling umum dari polusi udara adalah gangguan pernapasan. Batuk kronis, sesak napas, asma, hingga bronkitis adalah gejala awal yang sering kali diabaikan. Jika terus terpapar tanpa perlindungan, partikel halus dalam udara bisa menembus jauh ke dalam paru-paru, menyebabkan peradangan kronis dan menurunkan fungsi paru secara bertahap.

Dalam jangka panjang, paparan polusi udara juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan bahkan kanker paru-paru. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa polusi udara menjadi penyebab jutaan kematian dini setiap tahunnya di seluruh dunia. Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa kualitas udara yang buruk sama bahayanya dengan merokok.

Kelompok yang paling rentan terhadap dampak polusi udara adalah anak-anak, ibu hamil, dan lansia. Anak-anak menghirup lebih banyak udara dibandingkan orang dewasa karena mereka bernapas lebih cepat, sementara sistem kekebalan dan paru-paru mereka masih berkembang. Akibatnya, anak-anak lebih mudah terkena infeksi saluran pernapasan.

Ibu hamil juga termasuk kelompok rentan karena paparan polusi bisa mempengaruhi kesehatan janin. Beberapa studi menunjukkan bahwa ibu yang terpapar polusi udara selama masa kehamilan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah, lahir prematur, atau bahkan mengalami gangguan perkembangan paru-paru sejak dalam kandungan.

Sementara itu, lansia sering kali sudah memiliki penyakit bawaan atau sistem pernapasan yang melemah karena faktor usia. Polusi udara dapat memperparah kondisi seperti asma, penyakit jantung, atau diabetes yang umumnya diderita oleh orang lanjut usia.

Meski terdengar mengkhawatirkan, ada berbagai langkah pencegahan yang bisa dilakukan dari rumah untuk melindungi diri dan keluarga dari dampak polusi udara. Salah satunya adalah dengan memantau kualitas udara harian melalui aplikasi atau situs web terpercaya, dan membatasi aktivitas luar ruangan saat indeks kualitas udara menunjukkan kategori tidak sehat.

Menggunakan air purifier di dalam rumah dapat membantu menyaring partikel berbahaya di udara, terutama jika rumah berada di daerah padat lalu lintas atau dekat area industri. Selain itu, menjaga ventilasi rumah tetap baik tanpa membiarkan polutan dari luar masuk juga menjadi strategi penting.

Menanam tanaman penyaring udara seperti lidah mertua, sirih gading, atau peace lily juga bisa menjadi langkah alami untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan. Meskipun efeknya tidak sebesar alat penyaring udara modern, tanaman ini tetap memberikan kontribusi positif dan menambah kesegaran visual di rumah.

Langkah lain yang tak kalah penting adalah menghindari pembakaran sampah di sekitar rumah. Asap dari sampah yang dibakar mengandung zat kimia berbahaya seperti dioksin dan karbon monoksida yang bisa langsung mencemari udara dan membahayakan paru-paru.

Terakhir, edukasi dan kesadaran menjadi kunci utama. Semakin banyak orang yang memahami risiko polusi udara terhadap kesehatan, semakin besar pula peluang untuk mendorong kebijakan publik yang ramah lingkungan dan mendukung kualitas udara yang lebih bersih.

Melindungi paru-paru dari polusi udara bukan hanya tanggung jawab individu, tapi juga tanggung jawab bersama. Dengan langkah sederhana dari rumah dan kesadaran kolektif, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat untuk generasi sekarang dan yang akan datang.

PM2.5 itu singkatan dari Particulate Matter 2.5, yaitu partikel-partikel kecil di udara yang berukuran 2,5 mikrometer atau lebih kecil. Sebagai gambaran, ukurannya sekitar 30 kali lebih kecil dari lebar sehelai rambut manusia, jadi sangat kecil dan tidak terlihat oleh mata.

Karena ukurannya yang super kecil, PM2.5 bisa masuk jauh ke dalam saluran pernapasan, bahkan menembus ke paru-paru dan masuk ke aliran darah. Partikel ini bisa berasal dari:

  • Asap kendaraan bermotor
  • Pembakaran sampah atau hutan
  • Asap rokok
  • Industri dan pabrik
  • Debu jalanan atau konstruksi

Masalahnya, partikel ini beracun dan bisa mengandung logam berat, senyawa kimia berbahaya, dan bahan organik yang bisa memicu peradangan, gangguan jantung, hingga kanker paru jika terhirup dalam waktu lama.

Makanya, kalau kamu lihat indeks kualitas udara (AQI), PM2.5 biasanya jadi salah satu indikator utama. Semakin tinggi kadar PM2.5, semakin buruk kualitas udaranya dan semakin besar risikonya bagi kesehatan.

Penulis: (Mochamad Zamroni)

1 thoughts on “Asap di Udara, Risiko di Paru: Dampak Kesehatan dari Polusi Udara (2)

  • April 13, 2025 pada 22:27
    Permalink

    Alhamdulillah, bersyukur sekali, aku tinggal di perkampungan bersebelahan dengan tanah kosong yang banyak pepohonan besar, jadinya sejuk dan hampir setiap pagi dan sore mendengar nyanyian burung bersahutan (mereka bersarang di pepohonan 💓)

    Dan lagi di halaman rumahku banyak tanaman sirih gading 🍃🌬️❄️🌿

    .

    Ada ketenangan tersendiri hidup disamping pepohonan dan tanaman…
    Cocok banget buat aku yang introvert 😄

    Kalau teman-teman suka bertempat tinggal dengan suasana seperti apa?

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *