Hari TBC Sedunia 2025: Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis dengan Komitmen dan Aksi Nyata
Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) diperingati setiap tanggal 24 Maret untuk meningkatkan kesadaran global terhadap penyakit tuberkulosis (TBC) dan upaya penanggulangannya. Peringatan ini menandai penemuan bakteri penyebab TBC, Mycobacterium tuberculosis, oleh Dr. Robert Koch pada tahun 1882, yang menjadi langkah penting dalam diagnosis dan pengobatan TBC.
Pada tahun 2025, tema nasional HTBS adalah “GIATKAN: Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis dengan Komitmen dan Aksi Nyata”. Tema ini mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya eliminasi TBC melalui komitmen bersama, investasi berkelanjutan, dan aksi nyata.
Salah satu kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka HTBS 2025 adalah “Run to End TB”. Acara ini mengajak masyarakat untuk berlari atau berjalan di lingkungan masing-masing sebagai simbol dukungan terhadap eliminasi TBC. Peserta diharapkan mendokumentasikan aktivitas mereka dan membagikannya di media sosial untuk meningkatkan kesadaran publik.
Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam penanggulangan TBC. Pada tahun 2024, tercatat 889.000 notifikasi kasus TBC. Namun, pencapaian inisiasi pengobatan TBC sensitif obat baru mencapai 81%, masih di bawah target 90%. Sementara itu, keberhasilan pengobatan TBC resisten obat hanya mencapai 58% dari target 80%.
Provinsi dengan jumlah kasus TBC tertinggi pada tahun 2024 adalah Jawa Barat dengan 234.710 kasus, diikuti oleh Jawa Timur (116.752 kasus) dan Jawa Tengah (107.685 kasus). Provinsi Banten dan Jawa Barat berhasil memenuhi target 90% penemuan kasus dari estimasi total kasus di wilayah masing-masing.
Untuk mempercepat eliminasi TBC, pemerintah Indonesia menerapkan enam strategi utama, termasuk penguatan promosi dan pencegahan, pemanfaatan teknologi, serta integrasi data dengan rumah sakit dan puskesmas. Langkah-langkah ini diharapkan dapat meningkatkan deteksi dini dan pengobatan TBC secara efektif.
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam pencegahan TBC, seperti menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, memeriksakan diri jika mengalami gejala batuk terus-menerus, mendukung anggota keluarga yang menjalani pengobatan TBC, dan menyebarkan informasi yang tepat untuk menghilangkan stigma di masyarakat.
Peringatan HTBS 2025 menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat dalam upaya eliminasi TBC. Dengan komitmen dan aksi nyata dari semua pihak, diharapkan Indonesia dapat mencapai target eliminasi TBC pada tahun 2030, menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan bebas dari ancaman TBC.
Mitigasi penyebaran TBC harus dimulai dari setiap individu dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Salah satu langkah utama adalah menjaga etika batuk, yaitu menutup mulut dan hidung dengan tisu atau lengan bagian dalam saat batuk atau bersin untuk mencegah penyebaran droplet yang mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Selain itu, individu yang terdiagnosis TBC harus menggunakan masker saat berinteraksi dengan orang lain dan menjalani pengobatan hingga tuntas sesuai anjuran tenaga kesehatan untuk mencegah resistensi obat dan penularan lebih lanjut.
Selain menjaga kebersihan diri, lingkungan yang sehat juga berperan penting dalam mencegah penyebaran TBC. Setiap individu harus memastikan rumah memiliki ventilasi udara yang baik agar sirkulasi udara tetap lancar dan mengurangi risiko penularan melalui udara. Kebiasaan berjemur di bawah sinar matahari pagi juga dapat membantu membunuh bakteri yang bertahan di udara.
Di tempat kerja atau sekolah, penting untuk menghindari ruangan tertutup yang minim sirkulasi udara dan menjaga kebersihan permukaan benda yang sering disentuh. Dengan langkah-langkah mitigasi ini, masyarakat dapat berperan aktif dalam mencegah penyebaran TBC dan melindungi diri serta orang-orang di sekitarnya. (Mochamad Zamroni)