Praktik Baik Suku Tolaki dalam Memahami Cuaca dan Tanda-Tanda Alam
Masyarakat adat Suku Tolaki yang mendiami wilayah Sulawesi Tenggara memiliki sistem pengetahuan lokal yang kaya dan telah diwariskan secara turun-temurun. Salah satu praktik baik yang patut diapresiasi adalah kemampuan mereka membaca tanda-tanda alam dan perubahan cuaca untuk mendeteksi potensi bencana. Pengetahuan ini menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari mereka, terutama bagi para petani, nelayan, dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.
Pengetahuan ini tidak dibangun dalam waktu singkat, melainkan hasil dari pengamatan yang cermat terhadap fenomena alam selama berabad-abad. Masyarakat Tolaki memperhatikan perilaku hewan, bentuk awan, arah angin, dan pola gelombang laut sebagai indikator alami yang memberikan peringatan dini. Mereka percaya bahwa alam selalu memberi sinyal sebelum suatu bencana terjadi.
Contohnya, jika burung camar dan burung laut menjauh dari garis pantai secara tiba-tiba, masyarakat Tolaki akan lebih waspada karena itu bisa menjadi tanda akan datangnya badai atau gelombang tinggi. Begitu pula dengan perubahan warna langit saat matahari terbit atau terbenam, yang mereka yakini dapat menandakan hujan lebat atau angin kencang akan datang.
Praktik ini juga melibatkan pengetahuan tentang tumbuhan. Daun-daunan tertentu yang layu secara serentak atau tumbuhan yang tumbuh tak biasa dianggap sebagai pertanda perubahan cuaca ekstrem. Bahkan, suara serangga dan katak yang lebih nyaring dari biasanya pada malam hari sering dianggap sebagai sinyal akan turunnya hujan deras.
Sistem ini bukan sekadar kepercayaan, tapi telah terbukti membantu mereka bertahan dari berbagai peristiwa alam. Ketika teknologi modern belum menjangkau daerah pedalaman, masyarakat Tolaki telah memiliki cara sendiri untuk mengantisipasi banjir, kekeringan, bahkan gempa bumi, berdasarkan pola-pola alami yang mereka pelajari secara kolektif.
Pengetahuan ini biasanya ditransmisikan secara lisan dari generasi ke generasi. Para tetua adat memainkan peran penting dalam menyampaikan cerita, mitos, dan panduan hidup yang berisi petunjuk-petunjuk tentang alam. Melalui proses ini, anak-anak dan generasi muda dapat memahami makna di balik tanda-tanda alam yang mereka lihat setiap hari.
Di masa kini, praktik baik ini semakin mendapat perhatian, terutama dalam konteks pengurangan risiko bencana berbasis komunitas. Banyak pihak, termasuk peneliti dan lembaga pemerintah, mulai menggali potensi pengetahuan lokal seperti yang dimiliki oleh masyarakat Tolaki sebagai pelengkap sistem peringatan dini modern.
Melestarikan pengetahuan lokal ini juga menjadi upaya penting dalam menjaga identitas budaya sekaligus meningkatkan ketangguhan masyarakat terhadap bencana. Integrasi antara kearifan lokal dan teknologi modern menjadi langkah strategis yang dapat memberikan perlindungan lebih besar bagi komunitas adat.
Sebagai bangsa yang kaya akan keragaman budaya, Indonesia memiliki banyak contoh praktik baik dari masyarakat adat seperti Suku Tolaki. Sudah sepatutnya pengetahuan mereka diakui, dilestarikan, dan dijadikan bagian dari sistem kebijakan nasional dalam pengelolaan bencana dan lingkungan.
Dengan terus menghargai dan mempelajari kearifan lokal, kita tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga membangun masa depan yang lebih tangguh dan selaras dengan alam.
✨️Setuju, kita harus menghargai dan mempelajari kearifan lokal yg ada di Indonesia.
🌱Fathan Alby A – SDN Banyu Urip 3 Surabaya – No.5 – Saat ini proyek yg sy kembangkan yaitu pengolahan minyak jelantah menjadi sabun mandi anti nyamuk, tentunya ramah lingkungan, bernilai ekonomis, & dpt mengurangi limbah rumah tangga.