One Health: Kesehatan Manusia, Hewan dan Lingkungan yang Saling Terhubung
One Health adalah pendekatan terpadu yang mengakui bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan saling terhubung. Konsep ini mendorong kolaborasi lintas sektor – mulai dari medis, kedokteran hewan, hingga lingkungan – untuk mencegah dan mengatasi ancaman kesehatan secara efektif. Di Indonesia, pendekatan ini makin relevan karena kita hidup dalam ekosistem yang kaya, namun juga rentan terhadap penyakit zoonosis (penyakit dari hewan ke manusia) dan kerusakan lingkungan.
Indonesia pernah menjadi sorotan global karena kasus flu burung (H5N1), yang menunjukkan betapa berbahayanya penyakit zoonosis. Selain itu, rabies masih menjadi masalah serius di beberapa daerah, terutama di Bali dan Nusa Tenggara. Penyakit-penyakit ini menular dari hewan ke manusia, dan menunjukkan bahwa tanpa penanganan lintas sektor, dampaknya bisa meluas.
Pembukaan lahan besar-besaran dan deforestasi di Indonesia memperbesar risiko kontak manusia dengan hewan liar. Ketika habitat hewan terganggu, mereka mencari tempat baru dan lebih sering berinteraksi dengan manusia. Ini meningkatkan kemungkinan penyebaran virus baru. Pandemi COVID-19 menjadi contoh global betapa penyakit baru bisa muncul akibat gangguan keseimbangan alam.
Perubahan iklim yang menyebabkan suhu ekstrem dan perubahan pola hujan juga berpengaruh besar pada kesehatan masyarakat. Misalnya, meningkatnya kasus demam berdarah di Indonesia sering dikaitkan dengan perubahan iklim yang memperpanjang musim nyamuk. Kesehatan lingkungan sangat menentukan pola penyebaran penyakit.
Banyak masyarakat Indonesia menggantungkan hidup dari peternakan. Jika ternak terserang penyakit, bukan hanya kesehatan manusia yang terancam, tapi juga ketahanan pangan dan ekonomi keluarga. Pendekatan One Healthmemastikan hewan-hewan ternak dipantau kesehatannya agar tidak menjadi sumber wabah baru.
Masih banyak daerah di Indonesia dengan sanitasi buruk, seperti limbah rumah tangga yang dibuang sembarangan, tidak adanya pengelolaan limbah peternakan, atau air minum yang terkontaminasi. Ini semua membuka jalan bagi penyebaran penyakit menular. Maka, menjaga kebersihan lingkungan harus menjadi bagian dari upaya menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Pendekatan One Health hanya bisa berhasil jika ada kerjasama antara dokter, dokter hewan, ahli lingkungan, akademisi, dan masyarakat. Sayangnya, pendekatan ini belum terlalu dikenal di kalangan umum. Padahal edukasi lintas profesi dan kepada masyarakat adalah kunci agar masyarakat memahami dan terlibat aktif dalam menjaga keseimbangan antara manusia, hewan, dan alam.
Generasi muda punya peran penting dalam menyebarkan pemahaman One Health. Sekolah bisa jadi tempat strategis untuk mengenalkan konsep ini sejak dini. Misalnya, melalui proyek kebun sekolah, pengelolaan sampah, atau pelatihan pencegahan zoonosis yang melibatkan siswa dan guru.
Dengan kemajuan teknologi, seharusnya Indonesia bisa membangun sistem pemantauan kesehatan yang terintegrasi: mencatat penyakit di manusia, hewan, dan lingkungan secara bersamaan. Ini akan membantu mendeteksi potensi wabah lebih cepat. Namun, data lintas sektor ini masih belum optimal terhubung karena kurangnya koordinasi.
Menjaga kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan bukanlah tugas terpisah. One Health adalah cara berpikir dan bertindak secara holistik. Masyarakat Indonesia perlu menyadari bahwa investasi pada kebersihan lingkungan, kesehatan hewan, dan edukasi adalah cara terbaik untuk mencegah krisis kesehatan di masa depan. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga kita semua.(Mochamad Zamroni)