Kunjungi TPA Benowo, Siswa SMA Santa Maria Surabaya Kaget Dengan Gunungan Sampah Yang Ada

Panas terik matahari TPA (Tempat Penampungan Akhir Sampah) Benowo Surabaya menyambut kedatangan rombongan siswa kelas XI SMA Santa Maria Surabaya yang berjumlah sekitar 50 siswa. Kunjungan siswa SMA Santa Maria Surabaya ke TPA Benowo, Selasa (14/7), merupakan lanjutan program pembinaan siswa kelas XI bersama Tunas Hijau selama tiga hari yang diadakan 13-15 Juli 2009.  Tidak seorang pun siswa SMA Santa Maria Surabaya mengeluh dan tidak melanjutkan observasi tentang TPA Benowo tersebut.

Berbekal alat tulis dan kamera saku, siswa-siswi SMA Santa Maria Surabaya mulai bergerilya di atas gunungan-gunungan sampah yang ada di TPA Benowo Surabaya. Pada awalnya, sebagian besar dari mereka mengeluh bau yang menyengat, namun sedikit demi sedikit mereka mulai terbiasa dengan bau khas TPA Benowo Surabaya. Bahkan tidak sedikit yang melepas maskernya, kerena menurut mereka masker tersebut menambah panas dan semakin susah bernafas. ”Sengaja masker saya lepas karena seandainya berbicara dengan orang-orang sekitar sini dengan tetap menggunakan masker, kok kelihatannya kurang sopan,” ujar Ardi siswa kelas XI SMA Santa Maria.

Selama di TPA Benowo, siswa-siswi SMA Santa Maria Surabaya tidak hanya sekedar melihat-lihat gunungan sampah. Mereka juga berinteraksi dengan masyarakat yang ada di tempat berkumpulnya sampah yang dihasilkan masyarakat se Surabaya tersebut. Beberapa siswa terlihat mewawancarai pemulung yang sedang mengumpulkan sampah plastik. Ada juga yang seolah-olah menjadi wartawan yang sedang meliput berita, meskipun kamera yang digunakan hanya handphone.

Kelompok TPA Benowo yang terdiri dari 8 kelompok kecil juga membawa beberapa jenis kebutuhan pokok seperti beras, mie instant, gula, minyak, kopi dan lainnya untuk dibagikan kepada orang-orang yang berada di TPA Benowo tersebut. “Meskipun tidak banyak, semoga yang kami berikan ini bisa dimanfaatkan oleh ibu,” ujar salah satu siswa ketika memberikan bingkisannya kepada salah seorang ibu pemulung. Total ada sekitar 20 bingkisan yang dibagikan di TPA Benowo tersebut.

Bukan hanya TPA saja yang dikunjungi oleh rombongan SMA Santa Maria. Mereka juga mengunjungi Instalasi Pengolahan Air Limbah atau yang disingkat IPAL TPA Benowo Surabaya. Menurut Sumarjono koordinator IPAL TPA Benowo Surabaya, IPAL di TPA Benowo menggunakan 3 (tiga) metode yakni metode kimia, metode biologi dan metode gabungan antara kimia dengan biologi. Perbedaan dari ketiga metode tersebut adalah pada jenis bahan pengurai air sampah tersebut. Kalau metode biologi bahan yang digunakan adalah bakteri pengurai yakni bakteri aerob dan bakteri anaerob. Sedangkan pada metode kimia menggunakan tawas dan polimer.

Berbagai kesimpulan disampaikan oleh siswa-siswi SMA Santa Maria Surabaya, salah satunya yang disampaikan oleh Ratna siswa kelas XI IA 1. Menurut Ratna, kondisi TPA Benowo Surabaya saat ini merupakan akibat dari tidak adanya system pemilahan sampah dari sumbernya yakni dari rumah tangga, sekolah, perkantoran dan lain-lain. Keberadaaan pemulung, lanjutnya, masih jauh dari kata membantu mengurangi volume sampah yang ada di TPA Benowo Surabaya. Ini  mengingat jumlahnya tidak seimbang antara yang dipilah oleh pemulung dengan jumlah sampah yang masuk setiap harinya. (adetya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *