Tanamkan Peduli Sampah, Siswa Usul Agar Karyawan Kebersihan Tidak Difungsikan Sementara Waktu
Surabaya- Prayogo Kurnia, siswa XII IPS 2 SMA Negeri 4 Surabaya, mengusulkan agarkaryawan kebersihan yang dibayar sekolah untuk sementara waktu tidak difungsikan. Usulan Prayogo itu disampaikan pada pembinaan sekolah ramah lingkungan hidup bersama Tunas Hijau di perpustakaan SMA Negeri 4 Surabaya, Kamis (25/11) pagi. Sebanyak 30 orang guru dan siswa mengikuti pembinaan yang berlangsung selama 3 jam itu. Para siswa yang terlibat adalah perwakilan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan perwakilan kegiatan ekstra.
Usul Prayogo itu bukan tanpa alasan. “Fakta yang ada, warga sekolah menganggap kurang penting terlibat pada upaya menjaga kebersihan dan pengolahan sampah di sekolah. Penyebabnya, para siswa menganggap hal itu menjadi tanggung jawab karyawankebersihan yang dibayar khusus oleh sekolah,” usul Prayogo Kurnia. Ditambahkan Prayogo bahwa tujuan usul itu agar setiap siswa dan guru sekolah menjadi peduli pada sampah. Berbagai tanggapan pun disampaikan oleh masing-masing guru dan siswa yang mengikuti pembinaan itu.
Usulan dan tanggapan lain yang disampaikan peserta pembinaan itu adalah pembentukan organisasi peduli lingkungan hidup di SMA Negeri 4 Surabaya. Organisasi itu bersifat sukarela bagi segenap warga sekolah yang berlokasi di sebelah PDAM Surabaya itu. “Pada tahap awal, organisasi ini terdiri dari perwakilan seluruh kelas. Melalui organisasi ini, beberapa usulan program lingkungan hidup diharapkan bisa muncul dan dilaksanakan di sekolah,” usul Herwenda, siswa kelas X5. Usul Herwenda pun didukung oleh beberapa guru dan siswa yang hadir pembinaan.
Sebelum penyampaian tanggapan dan penyusunan rencana program itu, aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni menyampaikan beberapa budaya ramah lingkungan hidup yang diterapkan banyak sekolah di beberapa kota/kabupaten. Fakta global dan lokal lingkungan hidup juga termasuk yang disampaikan Zamroni. Diantaranya, bahwa hutan alami di bumi ini telah hilang seluas 33 kali lapangan sepak bola setiap menitnya. Sedangkan hutan Indonesia seluas 6 kali lapangan sepak bola hilang setiap menitnya. “Seharusnya, seiring dengan semakin banyaknya jumlah manusia di bumi ini, maka jumlah pepohonan dan hutan alami semakin meningkat,” ungkap Zamroni.
Fakta lain yang disampaikan Zamroni adalah sampah non organik khususnya plastik, tidak cukup dibuang pada tempat sampah. Seringkali setelah dibuang di tempat sampah, ternyata tidak dipindahkan dengan benar. “Akibatnya sampah itu terbuang ke saluran air terdekat, selanjutnya ke sungai dan berlanjut ke lautan. Sampah-sampah non organik di lautan itu, faktanya, telah membunuh sangat banyak satwa laut dan burung laut,” terang Zamroni sambil menunjukkan foto seekor kura-kura dewasa yang terlilit sampah plastik. Pada kesempatan itu, ditunjukkan juga burung albatros yang mati membusuk, sedangkan sampah plastik nampak masih utuh di dalam tubuh burung itu.