Penjurian Surabaya Berbunga 2009
Pelaksanaan penjurian 100 Besar Surabaya Berbunga 2009 sudah memasuki hari ketiga, Rabu (18/11). Hampir separuh dari 100 kampung yang menjadi peserta Surabaya Berbunga telah dikunjungi oleh Tim Juri Surabaya Berbunga 2009. Tim juri tersebut berasal dari Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Surabaya, Dinas Kehutanan Kota Surabaya, PKK Kota Surabaya, Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya dan Tunas Hijau.
Berbeda dengan pelaksanaan Surabaya Green And Clean tahun-tahun sebelumnya, tahun ini sengaja ditambahkan istilah berbunga mengingat pada program kali ini ada kriteria ciri khas bunga yang harus dimiliki oleh kampung tersebut. Pada dasarnya program Surabaya Green & Clean ataupun Surabaya Berbunga adalah program yang layak untuk dibanggakan oleh seluruh warga Surabaya mengingat program ini berasal dari Surabaya. Apalagi sekarang sudah diadopsi oleh banyak kota lain.
Selain berasal dari Surabaya, program ini juga mempunyai harapan yang sangat besar yakni menciptakan kondisi pemukiman Kota Surabaya yang ramah terhadap lingkungan, karena tidak dipungkiri lagi bahwa sebagian besar pencemaran lingkungan berasal dari rumah tangga. Namun, kenyataannya masih banyak dari peserta program ini yang hanya mau merubah wajah kampungnya saat menjelang program digelar. Tidak jarang pula ada kampung yang menyulap kondisi kampungnya hanya dalam waktu semalam dikarenakan besok didatangi oleh juri.
Fenomena ini sebenarnya bisa dilihat pada sebelum, saat dan sesudah penjurian, yang sebelum penjurian banyak sekali kampung-kampung peserta yang berbondong-bondong membersihkan selokan, mengecat pot dan membeli tanaman baru. Tujuannya, memberikan kesan rindang kepada tim juri saat waktu penjurian tiba. Hal unik lagi juga bisa ditemui pada saat penjurian, di beberapa kampung banyak dari warga kampung itu sendiri yang tidak tahu bahwa kampung mengikuti program Green & Clean atau Surabaya Berbunga.
Alhasil, setelah program ini usai, tidak jarang banyak kampung yang kembali menjadi salah satu kontributor kerusakan lingkungan hidup di Surabaya. Mengingat niatan untuk merubah perilaku ramah lingkungan hidup bukan berasal dari dalam hati melainkan hanya untuk mengejar juara dalam program tersebut. (det)