Meski Diguyur Hujan, Pembuatan Lubang Resapan Biopori Rangkah Terus Berlanjut

SURABAYA – Lebatnya hujan yang turun, mengiringi gerakan sejuta lubang resapan biopori yang dilakukan Tunas Hijau bersama Young Eco People (Jaringan Pelajar SMA/SMK  Peduli Lingkungan) dan 6 orang mahasiswa Universitas Brawijaya di jalur hijau daerah Rangkah, Selasa (02/07). Derasnya hujan yang turun justru menambah semangat pejuang lingkungan ini untuk membuat lubang tangkapan air hujan.

Menurut Satuman, aktivis Tunas Hijau bahwa gerakan lubang resapan biopori ini adalah gerakan berkelanjutan setiap satu minggu sekali. “Nah, momen liburan ini kami manfaatkan untuk membuat daerah tangkapan air hujan di Surabaya semakin banyak,” ujar Satuman. Tidak hanya itu saja, kepulan asap kendaraan bermotor dari ramainya lalu lintas juga ikut menyelimuti kondisi hujan saat pembuatan lubang resapan biopori.

Tunas Hijau bersama 6 orang mahasiswa Universitas Brawijaya  dan anggota Young Eco People (Jaringan Pelajar SMA/SMK Peduli Lingkungan) membuat lubang resapan biopori
Tunas Hijau bersama 6 orang mahasiswa Universitas Brawijaya dan anggota Young Eco People (Jaringan Pelajar SMA/SMK Peduli Lingkungan) membuat lubang resapan biopori

“Kami ingin menjaga keberlanjutan program ini agar semakin banyak daerah tangkapan air hujan di jalur hijau di Surabaya,” ucap Ali Felyndra. Dalam gerakan lubang resapan biopori ini, berbagai respon diungkapkan oleh peserta program ini. Salah satunya Rany Purnama Hadi, mahasiswa Universitas Brawijaya ini menyatakan bahwa gerakan lubang biopori ini sangat mengasyikkan terlebih karena jalur hijaunya sangat sempit.

“Namun kegiatan ini juga memacu adrenalin saya, karena berhimpitan dengan lalu lintas kendaraan bermotor,” ucap Rany Purnama Hadi.  Kedepannya, Mahasiswa program studi Hubungan Intrenasional ini berharap agar program sejuta lubang resapan biopori ini terus berlanjut dan melibatkan banyak orang.

Bambang, aktivis Tunas Hijau bersama beberapa peserta lainnya tampak memasukkan sampah daun kering kedalam lubang resapan biopori
Bambang, aktivis Tunas Hijau bersama beberapa peserta lainnya tampak memasukkan sampah daun kering kedalam lubang resapan biopori

Kondisi tanah taman yang tidak semuanya gembur, membuat Tunas Hijau, 6 orang mahasiswa Universitas Brawijaya dan anggota Young Eco People (Jaringan Pelajar SMA/SMK Peduli Lingkungan) kesusahan dalam membuat lubang tangkapan air hujan. Namun, hal tersebut tidak membuat mereka menyerah untuk berusaha menggunakan bantuan linggis.

Menurut Nur Khusnah Diah Widowati, mahasiswa Universitas Brawijaya mengungkapkan serunya pengalaman pertama membuat lubang resapan biopori. “Saya baru pertama kali ini membuat lubang resapan biopori, meskipun melelahkan tetapi seru dan bermanfaat buat Surabaya,” ujar Nur Khusnah Diah.

Sementara itu, dalam kegiatan lubang resapan biopori ini, Sebanyak 50 lubang resapan biopori tertanam di jalur hijau daerah Jalan Rangkah ini. Menurut penuturan Satuman, aktivis Tunas Hijau sebenarnya target lubang resapan biopori untuk hari itu adalah 50 lubang, namun kalau diteruskan bisa melampaui target.

“Beberapa hal kendala membuat kami hanya bisa mencapai target sebanyak 50 lubang resapan saja, hal ini dikarenakan hujan lebat yang mengguyur di tengah-tengah kegiatan. Selain itu, terbatasnya jumlah pipa paralon yang tersedia,” ujar Satuman. Lebih lanjut, mereka sebenarnya bisa melampaui target sebanyak 100 lubang resapan. (ryan)