“Antisipasi Ancaman Krisis Air Bersih” Webinar Nasional Seri#238, Sabtu (19/4/2025) Siang
Perubahan iklim telah menjadi tantangan nyata yang memengaruhi ketersediaan air bersih di berbagai wilayah. Fenomena cuaca ekstrem seperti banjir, longsor, dan kekeringan berkepanjangan semakin sering terjadi dan berdampak langsung pada kualitas serta kuantitas sumber daya air.
Ketika hujan turun dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat, banjir tak terelakkan, dan longsor pun terjadi di daerah rawan. Sebaliknya, saat musim kemarau berlangsung belum lebih dari 6 bulan, sumber-sumber air dan sungai mulai mengering, menyebabkan krisis air bersih yang menghantui banyak daerah, terutama di wilayah pedesaan dan kepulauan terpencil.
Sumber mata air yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat pun tak luput dari ancaman. Banyak sumber air yang kini mengalami penurunan debit karena alih fungsi lahan, penebangan hutan, serta eksploitasi yang tidak berkelanjutan.
Di sisi lain, urbanisasi yang masif tanpa memperhatikan konservasi daerah resapan air menyebabkan semakin minimnya air yang bisa meresap ke dalam tanah. Beberapa komunitas telah melakukan pemetaan dan pemulihan sumber mata air secara swadaya, namun tantangannya tetap besar: dari pendanaan, kesadaran masyarakat, hingga minimnya dukungan kebijakan.
Upaya pelestarian sumber mata air harus menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan berkelanjutan. Konservasi hutan, penanaman pohon di daerah tangkapan air, serta edukasi publik tentang pentingnya menjaga ekosistem air perlu terus digencarkan.
Pemerintah daerah dan pusat bisa berkolaborasi dengan komunitas, lembaga pendidikan, dan sektor swasta untuk menciptakan program pelestarian air yang terstruktur dan jangka panjang. Inovasi teknologi seperti sumur resapan dan pemanenan air hujan juga dapat menjadi solusi alternatif yang bisa diadopsi oleh masyarakat.
Krisis air bersih juga berdampak langsung pada ketahanan pangan nasional. Tanpa pasokan air yang cukup, lahan pertanian tidak dapat diolah secara optimal, tanaman gagal panen, dan peternakan kekurangan air minum bagi hewan. Hal ini tentu berpengaruh pada produktivitas pertanian dan naiknya harga bahan pangan.
Di tengah ancaman perubahan iklim, pertanian harus mulai diarahkan pada sistem yang lebih efisien dalam penggunaan air, seperti pertanian dengan irigasi tetes, hidroponik, atau teknik konservasi tanah dan air lainnya.
Generasi muda juga memiliki peran penting dalam mengantisipasi krisis air bersih. Melalui kampanye edukatif, kegiatan pelestarian lingkungan, dan inovasi berbasis teknologi, anak-anak muda bisa menjadi agen perubahan dalam menjaga keberlanjutan sumber daya air.
Sekolah-sekolah dan komunitas dapat menjadi ruang yang strategis untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya air sebagai sumber kehidupan dan pilar utama dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Menghadapi ancaman krisis air bersih bukanlah tugas satu pihak semata. Diperlukan sinergi antara masyarakat, pemerintah, akademisi, dan sektor swasta dalam menciptakan solusi berkelanjutan.
Dengan menjaga sumber air sejak dari hulu, memanfaatkan teknologi ramah lingkungan, dan mengedepankan kesadaran kolektif, Indonesia dapat mengantisipasi krisis air dan menjaga keberlanjutan hidup generasi kini dan masa depan.
—
Tunas Hijau bersama PT Dharma Lautan Utama, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika, Perum Jasa Tirta I dan Badan Riset Inovasi Nasional menyelenggarakan Webinar Nasional Seri#238 “Antisipasi Ancaman Krisis Air Bersih” pada Sabtu, 19 April 2025 pukul 12.00 – 15.00 WIB melalui Zoom dan Live YouTube “Tunas Hijau Indonesia”.
Pendaftaran gratis melalui : https://bit.ly/antisipasi-krisis-air-bersih
Narasumber
1. Dr. A. Fachri Radjab, S.Si, M.Si (Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG)
2. Dr. Ir., Fahmi Hidayat, ST., MT (Direktur Utama Perum Jasa Tirta I)
3. Dr. Popi Redjekiningrum DM., M.S. (Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air, Organisasi Riset Kebumian dan Maritim – BRIN)
Moderator
1. Queen Anneysa Kabeer Lukito (Putri Lingkungan Hidup 2024; Siswi SMPN 1 Surabaya)
2. Nevan Arka Fiardy (Pangeran Lingkungan Hidup 2024; Siswa SMPN 1 Surabaya)
3. Revalina Fernanda (Putri 5 Lingkungan Hidup 2024; Siswi SMPN 1 Surabaya)
Setiap peserta terdaftar dan mengisi daftar hadir akan mendapatkan sertifikat.
Narahubung Nizamudin 0858-5436-6508 (WA chat only). (*)